Parenting Skill: Bersama Anak di Bulan Ramadan (Tips Belajar dan Produktif Membimbing Anak)

Aleepenaku.com. Parenting Skill: Bersama Anak di Bulan Ramadan (Tips Belajar dan Produktif Membimbing Anak). Parenting Skill: Bersama Anak di Bulan Ramadan (Tips Belajar dan Produktif Membimbing Anak) ini merupakan tulisan esai atau kolom sebagai artikel parenting yang mungkin bermanfaat bagi sebuah keluarga, orang tua. Terutama, bagaimana orang tua bisa mengajak dan membelajarkan anak selama ramadan. Tentu saja kebiasaan baik yang dilakukan anak di bulan Ramadan, bisa terus dilaksanakan di luar bulan barokah ini.



Apakah Parenting Skill itu?

Nah, Apakah Parenting Skill itu?

Dalam sebuah kajian, disebutkan bahwa parenting skill merupakan penerapan dari serangkaian keputusan. Yakni suatu keputusan yang diambil oleh orang tua kepada anak dalam sebuah keluarga. Tujuannya agar anaknya dapat mampu bertanggung jawab. Selain itu, agar anaknya kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang baik serta memiliki tingkah laku (sikap perilaku) dan akhlak yang mulia (karakter yang baik). (Rifa Hidayah, Psikologi Pengasuhan Anak, Malang: UIN Malang Press, 2009)

Dengan demikian, sebenarnya orang tua memiliki kewajiban untuk menjadi figur terbaik bagi anak-anaknya. Sehingga, menjadi anak yang baik sesuai dengan harapan orang tua pula. Selain itu, orang tua juga bertanggung jawab atas bimbingan dan didikan langsung terhadap anaknya dalam bentuk praktik nyata, tingkah laku, ucapan dan sikap yang terbaik. Oleh karena itu, orang tua perlu dan sangat penting memahami jiwa anak.

 

Meningkatkan Kemampuan Parenting Skill

Bagaimana cara Meningkatkan Kemampuan Parenting Skill dalam sebuah keluarga?

Dikutip dari momsmoney.id, bahwa orang tua dapat meningkatkan kemampuannya dalam hal parenting skill, sebagai berikut.


Dengarkan Apa yang Anak Mau dan Rasakan

Orang tua yang sibuk, bisa jadi kurang memperhatikan kondisi psikis anaknya. Bahkan, terkadang orang tua menjadi apatis atau cuek terhadap keinginan dan kemauan anaknya. Praktis, anaknya merasa kesepian di rumahnya. Bahkan, bisa mengalami kesedihan yang mendalam.

Maka, ketika orang tua ada waktu (dan harus ada waktu), curahkanlah untuk anak-anaknya. Sempatkanlah Berbahagia dengan anak dan keluarga dalam quality time. Silakan mencoba, suatu waktu fokus kepada anaknya. Curahkan energi psikis untuk kebahagiaan mereka. Ajaklah bercengkerama. Ajukan beberapa pertanyaan yang mungkin mereka butuhkan. 

Jangan kaku untuk mengajak anak dan keluarga memberikan pendapat. Tidak harus pergi ke tempat yang ramai atau jauh. Lakukan dengan lembut dan nyaman di rumah. Dengarkan apa kata mereka. Apresiasi apa yang mereka capai. Perhatikan dan simak apa yang mereka inginkan untuk lebih bertanggung jawab.

 

Patuhi Keyakinan Keluarga dan Aturan yang Dibuat

Keyakinan keluarga maksudnya adalah kesepakatan keluarga dalam hal tata tertib dan perilaku positif yang diyakini bersama untuk ditaati bersama. Jika orang tua dan anak sepakat untuk menjaga kebersihan ruangan rumah, maka orang tua tidak boleh menjadikan ruangan rumah kotor. Sebaliknya, anak juga harus bertanggung jawab agar ruangan selalu bersih.

Jika ada aturan-aturan dalam keluarga yang perlu ditertibkan, lakukan. Ornag tua jangan pernah melanggar aturan yang dibuatnya sendiri. Oleh karena itu, orang tua berkewajiban mengajarkan kewajiban, hal terkait keyakinan akan aturan baik dalam keluarga, serta didikan untuk bisa membedakan hal baik dan yang kurang baik.

Orang tua pun harus melaksanakan aturan keluarga itu secara konsisten dan konsekuen. Sebab, jika hal itu tidak dilaksanakan secara konsisten, maka konsekuensinya anak bisa melawan secara psikologis. Berdampak pada gangguan psikis.

 

Orang Tua adalah Teladan Terbaik

Dalam hal ini, orang tua bukan saja sebagai figur dalam keluarga. Namun, juga sebagai teladan yang baik. Orang tua, harus menjadi teladan yang baik kepada anak-anak dan anggota keluarganya. Bagaimana jika orang tua pernah melakukan hal kurang baik? Maka, jangan pernah menunjukkan, menceritakan, atau memberi tahu hal-hal yang kurang baik dan terjadi pada diri orang tua.

Sebab, contoh yang baik dalam sebuah keluarga adalah orang tuanya. Orang tua adalah individu terdekat dengan anak-anak. Setiap anak, seyogyanya telah mengamati perilaku orang tuanya setiap hari. Tanpa disengaja atau tidak, setiap anak akan melihat dan menyaksikan sendiri perilaku orang tuanya.

Atas dasar itulah, maka orang tua harus menunjukkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tidak ada alasan lain untuk tidak memberikan teladan yang baik. Ingatlah, pepatah mengatakan bahwa buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya. Artinya, sikap perilaku orang tua yang baik, diharapkan juga ditiru dan menjadi perilaku anak yang baik pula.

 

Orang Tua Harus Mampu Mengendalikan Emosi

Ingatlah bahwa orang tua pun kadang tidak stabil. Sewaktu-waktu juga bisa mengalami emosi marah, kecewa dan sebagainya. Namun, orang tua wajib mampu mengendalikannya. Apalagi di depan anak-anak, orang tua jangan sampai menunjukkan emosi negatifnya.

Mengapa? Sebab, tindakan emosi ngatif orang tua juga akan mempengaruhi emosi anak-anaknya. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun orang tua tidak marah kepada anaknya, namun anak akan mencatat bahwa orang tuanya memiliki sifat pemarah. Inilah yang harus orang tua pahami.

Sekali lagi, bahwa orang tua jangan sampai kehilangan kendali. Jangan sampai bicara kasar, berteriak, memukul, bersikap keras dan berkata-kata yang tidak baik. Semua itu akan terekam dalam memori dan alam bawah sadar anak. Hindarilah sejauh-jauhnya hal yang tidak baik.

 

Orang Tua Bersikap Tenang dan Arif

Dalam bertindak atau bersikap, orang tua harus menjadi cerminan yang baik bagi anak. Orang tua harus mampu bersikap arif dan tenang dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi ketika orang tua akan mengambil sebuah keputusan. Tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan.

Sikap tenang ditunjukkan orang tua dalam berbicara dan bertindak. Tidak menunjukkan pembicaraan yang emosi atau menyalahkan pihak lain. Arif mengambil keputusan berarti berpihak untuk kepentingan keluarga. Jangan melakukan hal yang tidak disepakati oleh keluarga.

Orang tua juga dapat mendidik bagaimana anak bisa bersikap tenang dan arif. Apabila menjumpai perilaku anak yang menunjukkan hal kurang baik, orang tua harus menasihatinya.


Orang Tua Fleksibel Bersikap

Berikutnya, orang tua perlu bersikap fleksibel. Tidak perlu kaku dan menangnya sendiri. Orang tua perlu mengakomudir saran dan pendapat dari anggota keluarga, termasuk anak-anaknya. Oleh karena itu, fleksibelitas dalam bersikap sangat perlu.

Anak, juga ingin diperlakukan dengan fleksibel. Bahkan, mereka ingin dimanja. Sehingga, anak-anak relatif tidak suka diperlakukan atau ditunjukkan dengan perilaku yang kaku. Orang tua harus memahami bahwa tindakan yang kaku dan memaksa, akan mempengaruhi psikis anak.

 

Tips Belajar dan Produktif Membimbing Anak dalam Puasa Sehat


Adapun Tips Belajar dan Produktif Membimbing Anak dalam Puasa Sehat, sebagai berikut.

  1. Pastikan setiap anggota keluarga makan sahur. Jadi, makan sahur dapat memenuhi kebutuhan tubuh kita. Terlebih lagi, makan sahur merupakan rangkaian aktivitas yang disunnahkan. Menu sahur disesuaikan dengan selera. Hal terpenting cukup gizi, karbohidrat, lemak, vitamin dan lainnya. Hindari menu sahur yang pedas.
  2. Konsumsi air  yang cukup. Air dibutuhkan dalam tubuh. Jangan sampai kekurangan air dan menyebabkan dehidrasi. Jika mengalami dehidrasi, maka tubuh akan lemas dan dapat menyebabkan jatuh sakit. Kebutuhan air setidaknya, setiap berat badan 25 kg, maka sekitar 1 liter air. Air dapat dikonsumsi saat berbuka puasa hingga saat sahur. Pengaturannya, sebaiknya teratur. Jangan terlalu banyak minum menjelang tidur.
  3. Buka puasa bernutrisi. Setelah menjalani ibadah puasa di hari itu, pastikan berbuka puasa yang kaya nutrisi. Sehingga kebutuhan nutrisi dalam tubuh terpenuhi. Gizi sangat penting bagi tubuh. 
  4. Makan dengan porsi yang tepat. Pola makan sehat, juga ditentukan dengan porsi yang sehat. Perbanyak sayuran dan ikan serta minum susu dan madu. Menjaga imunitas tubuh saat berpuasa sangatlah penting.
  5. Rutin berolahraga. Olah raga ringan tetap bisa dilakukan. Bisa saja dilakukan sore hari. Tujuannya, agar stamina tubuh tetap terjaga dengan baik. 
  6. Tidur berkualtias. Tidur atau istirahat siang juga penting. Tubuh kita perlu istirahat dengan kerja hormon melatonin yang bagus. Sehingga bisa muncul hormon kebahagiaan saat bangun tidur.
  7. Rajin beribadah dan silaturahmi. Beribadah di bulan puasa itu, harus. Sebab, ramadan adalah bulan yang dimuliakan, Dirahmati dan amalan dilipatgandakan. Beribadah sesuai dengan kemampuan di bulan Ramadan untuk mengejar pahala sebanyak-banyaknya. Juga menjaga silaturahmi untuk saling mendoakan dalam kebaikan.
  8. Kurangi hal yang tidak bermanfaat. Misalnya, bermain HP terlalu lama, dan permainan lainnya yang kurang bermanfaat.

 Rekomendasi: Kumpulan Link Twibbon Selamat Melaksanakan Ibadah Puasa Ramadan 1444 H

Atau Klik Gambar Twibbon Ramadan Berikut.



Demikian informasi tentang Parenting Skill: Bersama Anak di Bulan Ramadan (Tips Belajar dan Produktif Membimbing Anak). Semoga bermanfaat. Selamat Melaksanakan Ibadah Puasa. Semoga berkah.

4 comments for "Parenting Skill: Bersama Anak di Bulan Ramadan (Tips Belajar dan Produktif Membimbing Anak)"

Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.