Mengatasi Bulling Melalui Pendidikan Karakter

 

Mengatasi Bulling Melalui Pendidikan Karakter

Farida Isroani

Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri , Bojonegoro

farida@unugiri.ac.id

 

Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik di dalam masyarakat, karena merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan denga Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasrkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya dan adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia berakhlak. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholder) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko kulikuler, pemberdayaan sarana, prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Seperti pendapat Olweus (1993) dalam pikiran rakyat, 5 Juli 2007: “Bullying can consist of any action that is used to hurt another child repeatedly and without cause”. Bullying merupakan perilaku yang ditujukan untuk melaukai siswa lain secara terus-menerus dan tanpa sebab. Sedangkan menurut Rigby (Anesty, 2009) menjelaskan “bullying” merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti, hasrat ini diperlihatkan dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang (Retno Astuti, 2008:3). Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif kekuasaan terhadap siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/ kelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Dari berbagai definisi tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa bullying merupakan serangan berulang secara fisik, psikologi, sosial, ataupun verbal yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk keuntungan atau kepuasan mereka sendiri.

Hal itu merupakan bentuk awal dari perilaku agresif yaitu tingkah laku kasar, bisa secara fisik, psikis melalui kata-kata ataupun kombinasi dari ketiganya. Pelaku mengambil keuntungan dari orang lain yang dilihatnya mudah diserang. Tindakannya bisa dengan mengejek nama, korban diganggu atau diasingkan dan dapat merugikan korban. Budaya bullying (kekerasan) atas nama senioritas masih terus terjadi di kalangan peserta didik disekolah dasar, biasanya bullying terjadi berulang kali, bahkan ada yang dilakukan secara terencana.

 

Jenis-jenis Tindakan Bullying

Barbara (2006:47-50) membagi jenisjenis bullying ke dalam empat jenis, yaitu:

a.      Bullying secara verbal, perilaku ini dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataanpernyataan yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, terror, surat-surat mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gossip, dan sebagainya. Ketiga jenis bullying bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan dan bullying bentuk verbal akan menjadi awal dari perilaku yang lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut.

b.      Bullying secara fisik, yang termasuk dalam jenis ini ialah memukuli, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barangbarang milik anak yang tertindas. Bullying jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain. Remaja yang secara teratur melakukan hal ini, merupakan remaja yang paling bermasalah dan cenderung akan beralih pada tindakan-tindakan criminal yang lebih lanjut.

c.       Bullying secara rasional adalah pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan, atau penghindaran. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek.

Bullying dalam bentuk ini paling sulit di deteksi dari luar. Secara rasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja, karena saat itu terjadi perubahan fisik, mental emosional dan seksual remaja. Ini adalah saat ketika remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya. d. Bullying elektronik merupakan bentuk perilaku Bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti computer, handphone, internet, website, chatting room, email, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar, dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini dilakukan oleh kelompok remaja yang memiliki pemahaman cukup baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya. Pada umunya, anak laki-laki lebih banyak menggunakan Bullying secara fisik dan anak wanita banyak menggunakan Bullying relasional/ emosional, namun keduanya samasama menggunakan Bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan dengan pola sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan (Coloroso, 2006:51).

Faktor Penyebab Bullying

Bullying dapat terjadi dimana saja, di perkotaan, pedesaan, sekolah negeri, sekolah swasta, di waktu sekolah maupun di luar waktu sekolah. Menurut psikolog Seto Mulyadi, Bullying disebabkan karena: 1) saat ini remaja di Indonesia penuh dengan tekanan, terutama yang dating dari sekolah akibat kurikulum yang padat dan teknik pengajaran yang terlalu kaku. Sehingga sulit bagi remaja untuk meyalurkan bakat nonakademisnya. Penyalurannya dengan kejahilankejahilan dan menyiksa; 2) budaya feodalisme yang masih kental di masyarakat juga dapat menjadi salah satu penyebab Bullying sebagai wujudnya adalah timbul budaya senioritas, yang bawah harus nurut sama yang atas.

Upaya Mengatasi Tindak Kekerasan (Bullying)

Melalui Pendidikan Karakter Berikut upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menanggulangi tindak kekerasan melalui pendidikan karakter: (1) memperkuat pengendalian sosial, hal ini dapat dimaknai sebagai berbagai cara yang digunakan pendidik untuk menertibkan peserta didik yang melakukan penyimpnagan, termasuk tidnak kekerasan dengan melakukan pengawasan dan penindakan; (2) mengembangkan budaya meminta dan memberi maaf; (3) menerapkan prinsip-prinsip anti kekerasan; (4) memberikan pendidikan perdamaian kepada generasi muda; (5) meningkatkan dialog dan komunikasi intensif anatar siswa dalam sekolah; (6) meneydiakan katarsis; (7) melakukan usaha pencegahan tindak kekerasan (Bullying) di sekolah.

 

Post a Comment for "Mengatasi Bulling Melalui Pendidikan Karakter"