Menelisik Sejarah Argo Bromo Anggrek, Kereta Malamku

Menelisik Sejarah Argo Bromo Anggrek, Kereta Malamku

Kereta malam yang membawaku kembali ke Surabaya, kota terakhir pemberhentiannya adalah Argo Bromo Anggrek. Kereta eksekutif keren yang nyaman dan aman. Jadi berpikir, bagaimana sejarahnya dari awal hingga sekarang menjadi kereta eksekutif.

Kubuka jejaring untuk membacanya. Lumayan, menambah pengetahuan. Tidak sekadar menikmatinya saja. Tetapi juga mengetahui asal usulnya.

Sejarah kereta api berkelajuan tinggi di Indonesia diawali dengan diluncurkannya kereta api Argo Bromo JS-950 yang diresmikan pertama kali perjalanannya oleh Presiden RI pada tanggal 31 Juli 1995, menandai Hari Teknologi Nasional 12 Agustus 1995. JS-950 berarti kereta api rute Jakarta-Surabaya dengan waktu tempuh 9 jam yang diluncurkan pada peringatan 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.[1]Kereta api Argo Bromo, bersama dengan kereta api Argo Gede, merupakan kereta api eksekutif argo pertama di Indonesia (wikipedia.org)
Beruntunglah siapa saja yang telah menikmatinya pada masa itu. Masa yang belum banyak kendaraan bermotor yang canggih seperti sekarang.

Kemudian kuterus membacanya, bahwa  pada tanggal 24 September 1997, Perusahaan Umum Kereta Api(Perumka) meluncurkan kereta api baru dengan menggunakan rangkaian kereta ber-bogie K9 yang beroperasi hingga saat ini, yaitu kereta api Argo Bromo generasi kedua, atau yang lebih dikenal dengan Argo Bromo Anggrek, dengan harga tiket sebesar Rp150.000,00. Kereta api Argo Bromo Anggrek ini mengusung jargon "JS-852", yakni Jakarta–Surabaya ditempuh selama kurang lebih 8 jam 30 menit dan dioperasikan untuk memperingati 52 Tahun Kemerdekaan Indonesia (wikipedia.org)

Pada zamannya, kereta api ini adalah kereta unggulan dari PT Kereta Api Indonesia, dengan kereta yang lebih bagus dari yang lainnya, yang merupakan buatan PT INKA(Persero), Madiun, pada tahun 1997 dan 2001. Fasilitasnya juga lebih baik dari kereta eksekutif lain, seperti legrest (sandaran kaki), toilet yang lebih bagus, pintu masuk otomatis, dan lainnya.
Kereta ini adalah satu-satunya yang menggunakan bogie tipe K9/CL243 bolsterless, yaitu bogie yang dikembangkan bersama Alstom dari Perancis, yang terkenal nyaman dan menggunakan suspensi udara, serta mampu berlari hingga 120 km/jam, dengan kode jenis kereta seperti tergambar pada tabel di samping (F: kecepatan maksimal 120 km/jam, 40: 40 ton, 9: Bogie tipe K9). Dengan demikian penomoran rangkaian Argo Bromo Anggrek adalah K1-979xx (K1 0 97 xx) dan K1-20019xx (K1 0 01 xx)

Bagaimana pada awalnya kereta ini dioperasikan?

Pada masa-masa awal pengoperasiannya, Kereta api Argo Bromo Anggrek pernah memiliki kelas Super Eksekutif (penomorannya diawali dengan KZ), yang dioperasikan selama beberapa waktu. Kereta KZ memiliki fasilitas yang lebih dari kelas eksekutif biasa, yaitu dengan adanya komputer dan kursi yang lebih lega. Kereta api ini juga diutamakan di setiap persilangan. Namun, kiprah kereta KZ ini tidak bertahan lama karena pada akhirnya kereta ini kembali diubah menjadi kereta eksekutif pada umumnya.

Kereta api ini sempat berjalan bersama dengan pendahulunya, JS-950 Argo Bromo (non-Anggrek) hingga berhenti beroperasi awal dekade 2000-an seiring kebijakan rasionalisasi yang dilakukan oleh PT KA. Sejak dihapusnya kereta api JS-950 Argo Bromo, rangkaian keretanya dihibahkan kepada KA Bima.
Rangkaian ini juga sempat mengalami sekali retrofit di PT INKA sekitar 2000-an akhir dan itu mengubah warnanya dari pink menjadi ungu, meskipun tidak semua kereta Anggrek K9 ini mengalami proses retrofit.

Penarikan kereta Anggrek K9 (2010-2011)

Kereta api Argo Bromo Anggrek melintas langsung Stasiun Kalibodri.
Tetapi sayangnya, dalam pengoperasiannya, kereta ini sering mengalami kecelakaan, seperti anjlokan. Hal ini disebabkan akibat bogie K9 yang sensitif terhadap kondisi rel di Indonesia, juga terhadap belokan. Apalagi, rangkaian ini kerjanya berlebihan serta jumlahnya terbatas, dan jeda istirahat rangkaian ini di stasiun tujuan sejak tiba di tujuan hingga diberangkatkan kembali sangat terbatas (khususnya pada saat kereta ini awal beroperasi pada tahun 1997 hingga 2001, sebelum kedatangan kereta api Argo Bromo Anggrek batch 2001).

Karena seringnya kecelakaan itulah, Departemen Perhubungan Indonesiamenginstruksikan PT Kereta Api untuk menarik seluruh kereta kelas Anggrek ini mulai Desember 2010,[3] dan akhirnya KA Argo Bromo Anggrek menggunakan kereta eksekutif biasa untuk sementara waktu. Rangkaian itu dipinjam dari kereta api Sembrani eksekutif (seperti) pesawat.

Rangkaian Anggrek K9 juga pernah dipakai oleh Argo Muria dan dipinjam oleh Argo Lawudan Sindoro; namun kini KA Argo Muria dan Argo Lawu kembali menggunakan rangkaian eksekutif biasa, khususnya untuk Argo Lawu yang sering mengalami anjlok saat masih menggunakan kereta Anggrek K9. Sementara Argo Sindoro juga kembali menggunakan kereta eksekutif biasa sejak ditariknya kereta Anggrek K9, dan tidak lagi menggunakan kereta Anggrek K9 ini lagi semenjak saat itu.

Kereta api Argo Bromo Anggrek "Go Green" (2011-2015)

Setelah KA kelas Anggrek ditarik dari peredaran, PT INKA Madiun selaku pembuat kereta ini pun melakukan perbaikan total terhadap kereta ini, yang dilakukan di pabriknya di Madiun. Perbaikan yang dilakukan adalah memperbaiki bogie kereta (bogie K9 berubah nama menjadi K9 Re-Engineering [RE])[4], lalu perbaikan interior dan eksterior, dan yang paling menonjol adalah perbaikan toilet menjadi toilet ramah lingkungan, dengan menambahkan kotak penampungan karena sebelumnya limbah kotoran dibuang langsung ke rel. Tapi yang disayangkan adalah tidak adanya legrest pada kereta "Go Green" ini.
Perbaikan eksterior juga bekerja sama dengan Balai Yasa Gubeng, Surabaya. Rangkaian KA tersebut bergaris hijau di sepanjang bodinya dengan tulisan kapital Go Green dalam rangka kampanye lingkungan bersih dan hijau.
Karena tidak semua kereta diretrofit di PT INKA Madiun, seringkali ada bagian dari kereta ini yang belum memakai KA sekelas Anggrek, atau bahkan satu rangkaian menggunakan kereta eksekutif biasa mengingat di era livery ini, ketersediaan kereta kelas Anggrek "Go Green" kurang mencukupi. Jika KA biasa akan disambungkan dengan KA bogie K9 RE, maka tidak boleh ditaruh di tengah-tengah rangkaian, karena akan mengganggu kerja bogie K9 RE, yang dikendalikan dari kereta pembangkit.
Kereta api Argo Bromo Anggrek Livery "Kesepakatan/Airline" (2015-sekarang)Sunting
Memasuki tahun 2015, kereta api Argo Bromo Anggrek mulai menjalani pemeliharaan akhir (PA) di Balai Yasa Surabaya Gubeng, dan telah menggunakan livery terbaru yang diberi nama "Airline" atau "Kesepakatan", yang saat ini sudah digunakan di KA Jayabaya. Lalu, beberapa kereta Argo Bromo Anggrek yang lama tidak beroperasi sejak ditarik ke INKA juga telah menjalani serangkaian retrofit di PT INKA Madiun dan juga menggunakan livery kesepakatan, dan dapat menambah armada Argo Bromo Anggrek yang di era livery "Go Green" sering kekurangan kereta Anggrek K9, yang menyebabkan terkadang kereta eksekutif biasa ikut disambungkan. Kereta Anggrek K9 yang mengalami retrofit di PT INKA Madiun pada tahun 2015 ini terdiri dari 2 kereta pembangkit (P), 3 kereta makan kelas eksekutif (M1), dan 17 kereta kelas eksekutif (K1).
Mulai tahun 2017, kereta api Argo Bromo Anggrek yang sempat menjalani retrofit besar-besaran di INKA pun mulai menjalani Pemeliharaan Akhir di Balai Yasa Gubeng. Mulai 2018, layanan kereta ini ditambahkan kelas luxury (bisa dikategorikan pula sebagai sleeper).

Rangkaian

Kereta api Argo Bromo Anggrek sejak awal beroperasinya pada tahun 1997 menggunakan rangkaian yang khas, karena ukurannya yang besar dan bulat dengan kaca yang menyambung dan pintu masuk keretanya yang menggunakan tombol dan bekerja secara otomatis. Rangkaian untuk kereta Argo Bromo Anggrek dibuat pada tahun 1997 dan 2001. Selain kenyamanannya yang melebihi kereta eksekutif lain pada zamannya, kereta api ini juga dilengkapi dengan teknologi tercanggih, seperti bogie K9/CL243 yang menggunakan suspensi udara dan juga rem cakram.

Meskipun begitu, seiring waktu hingga saat ini, kereta api ini mengalami penurunan pelayanan hingga akhirnya fasilitasnya sama saja dengan kebanyakan kereta eksekutif lainnya.
Pada tahun 2018, kereta eksekutif luxury(sleeper) yaitu kereta dengan kursi seperti tempat tidur pun mulai dirangkaikan pada kereta api Argo Bromo Anggrek.

Maka tak heran, menikmati kereta ini super nyenyak tidurku. Serasa tidur di kasur yang empuk. Perjalanan semalam serasa cepat. Tidur yang pulas memberikan sensasi luar biasa. Segar.

Selamat pagi Surabaya.

Sumber bacaan: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kereta_api_Argo_Bromo_Anggrek

alee duangh
alee duangh Saya adalah pribadi yang ingin selalu belajar dan berbagi. Menebar manfaat dan kebaikan adalah tabungan yang akan abadi

Post a Comment for "Menelisik Sejarah Argo Bromo Anggrek, Kereta Malamku"