Mendidik dan Melatih: Peran Guru yang Tak Tergantikan



Pandemi yang melanda di negara kita, secara langsung atau tidak telah mengubah banyak dimensi kehidupan. Selain tergerusnya bidang ekonomi, dan kesehatan, juga terlebih lagi di bidang Pendidikan. Sebab, salah satu tanda negara maju, memiliki tingkat Pendidikan yang tinggi. Kualitas Pendidikan dan tingkat Pendidikan masyarakatnya juga tinggi. Tidaklah mungkin suatu negara dengan tingkat Pendidikan yang relatif rendah dapat bersaing dengan negara maju.

Namun, negara kita tetap kukuh berdiri dan terus aktif mengupayakan yang terbaik untuk setiap warganya, terutama pada bidang kesehatan, kesejahteraan, pendidikan dan sektor lainnya. Kita patut bersyukur bisa hidup nyaman di negara kita tercinta ini.

Pada bidang pendidikan, banyak langkah yang telah ditempuh. Baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta, satuan pendidikan, komunitas, guru dan bahkan orang tua siswa. Semuanya saling menguatkan agar siswa atau peserta didik dapat belajar dengan baik. Tetap sehat, tumbuh dan berkembang, terampil, dan berkarakter.

Sebagaimana telah diketahui bahwa banyak sekali platform yang dapat dijadikan solusi alternatif dalam kegiatan pendidikan, termasuk kegiatan pembelajaran. Mulai dari aplikasi virtual hingga media sosial. Pembelajaran dapat dilaksanakan secara tatap maya atau virtual (sinkronous), melalui aplikasi media sosial, chat, WA (asinkronous) maupun gabugan keduanya (hybrid learning).



Hal ini menuntut semua pihak untuk senantiasa belajar dan berlatih. Mulai dari guru, siswa, tenaga kependidikan dan orang tua. Semua komponen ini diharuskan memiliki perspektif yang sama terhadap pola dan metode pembelajaran yang diterapkan saat pandemi. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diterapkan juga harus seimbang dalam menerapkan kaidah pembelajaran. Sehingga dapat menghasilkan out put pembelajaran yang komprehensif, pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Dunia pendidikan telah cukup bertransformasi dengan dunia digital. Digitalisasi learning dipraktikkan sebagai solusi alternatif kegiatan pembelajaran saat ini. Meskipun, mungkin terdapat daerah di pedalaman yang berzona aman, pembelajaran dilakukan secara terbatas.

Sebagaimana yang diapaparkan oleh Erick bahwa transformasi digital di bidang pendidikan harus terus didorong, terlebih pasca terjadinya pandemi Covid-19 (Kompas.com, Minggu (13/6/2021)) Beliau juga menjelaskan bahwa internet adalah kunci. Dengan adanya internet, setiap desa dapat menemukan kekuatan ekonomi di masing-masing desa. Hal tersebut disampaikan beliau kepada masyarakat di sejumlah desa 3T.


Kemudian, Direktur Pengembangan Pendidikan ITB Yusep Rosmansyah juga memaparkan bahwa inti dari Education 4.0 ini adalah transformasi digital dalam berbagai matra, yaitu SDM, teknologi, informasi, dan proses. Adanya pandemi ini memberikan hal positif dalam mendorong ITB menyongsong Education 4.0. ITB telah menyiapkan learning management system (LMS) yang membantu proses transformasi digital dari sisi teknologi. Cara ini telah diadopsi secara nasional. Saat ini, ITB telah berkoordinasi dengan Kominfo dan Kemendikbudristek Dikti dalam pelayanan mahasiswa di daerah 3T (https://news.okezone.com/read/2021/05/28)

Kaitannya dengan kompetensi teknologi bagi guru, sekjen PGRI, Jejen Musfah berpendapat bahwa digitalisasi pendidikan mempercepat perluasan pendidikan yang berkualitas. Digitalisasi pendidikan merupakan kebutuhan, khususnya di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Karena faktor itulah, para guru perlu memperbaiki dan meningkatkan literasi digital. PGRI memandang para guru perlu memiliki literasi digital, yang merupakan kompetensi baru. De menurut Jejen, literasi digital harus diajarkan di fakultas keguruan. Republika.co.id, Kamis (24/6).

Tentu saja, upaya dari berbagai pihak, baik pemerintah, perguruan tinggi, dan organisasi profesi menjadi energi bagi guru untuk terus maju dan berkembang dengan kualitas. Guru diminta untuk melek literasi digital. Hal itu adalah sebuah keniscayaan. Kompetensi digital sangat penting untuk dikuasai oleh seorang guru.

Tetapi, janganlah lupa bahwa hasil belajar siswa tidak saja berorientasi pada pengetahuan saja. Siswa juga harus dididik secara mental, emosional, soft skill, hingga karakter. Siswa pun perlu dilatih memiliki keterampilan fisik, kecakapan mengelola emosi diri dan terampil menempatkan diri sebagai manusia yang erat hubungannya dengan sang Pencipta.

Pembangunan karakter, hubungan esmosional guru dan siswa, kasih sayang sebagai “orang tua” di sekolah, pembiasaan karakter positif, pembangunan mental spiritual, pengembangan soft skill, serta mengolah jiwa dan mental, tidaklah bisa diajarkan oleh teknologi digital. Gurulah yang harus hadir kepada mereka. Gurulah yang harus membersamai secara fisik dan psikis bersama siswa. Rasa hormat dan menghargai guru serta menempatkan siswa sebagai “anak yang belajar dengan kasih sayang”, tidaklah bisa maksimal dididikkan oleh sistem digital, secanggih apapun. Maka, inilah satu peran guru yang tidak bisa tergantikan.

Bukankan kita masih mendengar bahwa orang tua juga mengalami kesulitan mendampingi anaknya selama belajar di rumah. Bukankah orang tua tersebut adalah orang terdekat siswa? Maka, di sinilah fungsi kecakapan pedagogik yang berperan. Sulit bagi orang tua memahami karakteristik belajar anaknya sendiri. Sebab, selama ini banyak orang tua pasrah terhadap guru di sekolah untuk membelajarkan anaknya. Menurut pengalaman penulis pun, seperti itu.

Pengembangan keterampilan, olah raga dan seni, siswa juga harus hadir bersama-sama dengan guru. Komputer dan sistem digital secanggih apapun, tidak bisa menggantikan peran guru dalam melatih keterampilan siswa. Apalagi keterampilan yang membutuhkan energi psikis dan emosi serta mental yang tinggi. Misalnya, melakukan percobaan, Latihan olah raga, melukis, bermain musik, bermain permainan tradisional, seni suara, kerajinan tangan, dan lainnya.

Melatih juga dilakukan dengan sepenuh hati. Bukan hadir dari pemrograman digital yang bisa merasakan kehendak siswa. Melatih adalah kecakapan guru memanusiakan manusia. Menjadikan siswa terlatih. Harus dilakukan dan dilatihkan. Tidak bisa maksimal hanya dengan melihat, mengamati dan mendengarkan secara digital. Inilah satu peran guru yang tidak bisa tergantikan.

Oleh karena itu, guru sangat penting belajar teknologi digital. Guru juga sangat penting hadir di tengah-tengah siswanya. Ada rasa yang berbeda, jika dalam waktu yang lama, guru tidak menjumpai siswanya. Semoga bermanfaat. Jadilah guru pembelajar juga guru perhatian. Salam literasi.


diterbitkan pula di: alee.gurusiana.id

alee duangh
alee duangh Saya adalah pribadi yang ingin selalu belajar dan berbagi. Menebar manfaat dan kebaikan adalah tabungan yang akan abadi

Post a Comment for " Mendidik dan Melatih: Peran Guru yang Tak Tergantikan "