Dilema Pembelajaran Daring, Bagai Makan Buah Simalakama

Pandemi Covid 19 yang begitu cepat menyebar di seluruh wilayah Indonesia menjadikan pemerintah mengambil kebijakan baru dalam bidang pendidikan. Salah satunya dengan memberlakukan pembelajaran secara daring di hampir semua sekolah. Bahkan sekolah tempat saya bekerja terkena imbas dari kebijakan ini. Sehingga, demi memutus mata rantai penyebaran Covid 19 yang semakin merajalela, pembelajaran yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka, akhirnya harus diadakan secara daring. Ya meskipun sebenarnya hal ini menimbulkan respon pro dan kontra baik di kalangan guru, siswa maupun wali murid.

Dengan pembelajaran daring yang kami laksanakan sejak pandemi Covid 19 ini, memang sangat efektif untuk mencegah terjadinya interaksi secara langsung antara guru dan siswa bahkan secara otomatis kami melakukan social distancing agar dapat mengurangi tingkat penularan virus Covid 19. Selain itu, pembelajaran secara daring ini menjadi motivasi terbesar bagi para pendidik untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi pembelajaran terhadap siswa. Hal ini juga saya rasakan sendiri ketika saya harus mengajar pelajaran Bahasa Inggris pada anak didik saya. Saya tidak hanya terpaku pada satu cara mengajar saja.

SS. bobo.com
Beberapa cara/metode, strategi dan tekhnik saya pelajari baik melalui seminar, workshop dan pelatihan lainnya sebagai upaya untuk bisa menjadikan pembelajaran daring saya tidak monoton dan menarik bagi siswa saya. Disamping itu, saya juga menggunakan beberapa media dan aplikasi berbasis internet seperti WhatsApp, Google Classroom, Google Form, YouTube, Padlet, Wordwall, QuizWhizzer, dsb. Kadang juga menggunakan materi dari situs Rumah Belajar, Zenius atau Ruang Guru. Semua media tersebut saya gunakan secara bergantian agar pembelajaran lebih variatif dan tidak membosankan bagi siswa.

Pada pembelajaran daring mapel yang saya ampu, saya biasanya menggunakan grup di WhatsApp untuk berkomunikasi dengan siswa. Saat awal pembelajaran, saya biasa menyapa siswa dengan ungkapan sapaan “Good morning, How are you today” dan menanyakan kesiapan mereka untuk mengikuti pembelajaran daring. Saya tunggu respon dari siswa. Kebanyakan siswa merespon dengan aktif sapaan dari say dengan ungkapan: “Good morning Ma'am, I'm fine, thank you”.

Selanjutnya, saya mulai memberikan pertanyaan pemantik pada siswa berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Ketika siswa mulai tertarik dan menanggapi secara positif pertanyaan tersebut, saya mulai mengirimkan sebuah gambar atau video yang bisa mereka amati untuk mempelajari materi pelajaran hari itu. Agar lebih jelas, biasanya saya sertakan rekam suara atau rekaman dialog yang ada hubungannya dengan gambar atau video yang sedang mereka amati. Kemudian kami mendiskusikan beberapa hal penting mengenai gambar, video serta rekaman dialog atau materi yang disampaikan melalui rekam suara. Kami bahkan melakukan dialog interaktif mengenai materi tersebut.

Untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi yang baru saja disampaikan dan didiskusikan, anak-anak bisa mengunggah hasil tugas mereka berupa poster, rekam suara, video, gambar atau dokumen lainnya ke Google Classroom. Setelah itu, saya mengecek dan menilai hasil jawaban tugas mereka di Google Classroom, tak lupa juga saya sertakan komentar positif untuk mereka yang sudah mengunggah tugasnya ke Google Classroom.

Pada pertemuan di pembelajaran selanjutnya, saya juga memanfaatkan aplikasi Padlet atau yang sederhananya disebut papan tulis online untuk memfasilitasi saya dan para peserta didik memasukkan berbagai catatan, informasi, link gambar, video, serta media belajar lainnya. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk saling berbagi ilmu atau materi yang berbeda sehingga cakrawala pengetahuan mereka menjadi lebih luas dalam memahami bab pelajaran tertentu.

Bahkan untuk menarik minat serta perhatian siswa, saya menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk game melalui aplikasi Wordwall, Quizwhizzer dan aplikasi game edukatif lainnya. Penyajian materi melalui media ini cenderung lebih efektif dibandingkan hanya sekedar menyampaikan materi secara langsung pada siswa. Karena disaat siswa asyik bermain game edukatif ini, secara tidak langsung mereka juga mempelajari dan merekam berbagai informasi tentang materi pelajaran yang ingin saya sampaikan pada siswa. Dalam game ini ada permainan tebak kata, tebak kalimat, mencocokkan pernyataan yang sesuai dengan gambar atau video, melengkapi teks dengan kata kerja yang sesuai, dsb. Sehingga, dengan belajar sambil bermain, siswa menjadi lebih rileks serta lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Selain itu, saya juga memanfaatkan materi dari situs Rumah Belajar, YouTube, Zenius atau Ruang Guru untuk memperkaya pengetahuan siswa tentang materi yang sedang dibahas. Saya bagikan pranala dari situs ini di grup WhatsApp. Kemudian siswa dapat mempelajari secara mandiri beberapa materi dari situs ini sebagai referensi materi pembelajaran yang menarik dan lebih rinci. Setelah itu kami adakan diskusi atau tanya jawab seputar materi pembelajaran yang mereka pelajari dari situs tersebut.

Dan untuk melakukan proses asesmen terhadap hasil belajar siswa, biasanya saya menggunakan aplikasi Google Form. Aplikasi ini mempermudah saya untuk memberikan soal-soal atau pertanyaan secara daring pada siswa. Saya hanya perlu mengirimkan pranala soal tersebut ke grup WhatsApp kelas siswa atau mengunggahnya ke Google Classroom, lalu siswa dapat mengerjakan soal-soalnya serta langsung bisa melihat nilai serta koreksi terhadap jawabannya sendiri tanpa harus menunggu lama. Jawaban serta nilai siswa terekam secara otomatis dalam spreadsheet atau lembar penilaian yang bisa saya unduh dan cetak sesaat setelah semua siswa mengerjakan soal-soal yang saya berikan.

Namun, tak ada gading yang tak retak. Demikian pula dalam pembelajaran daring mapel yang saya ampu juga memiliki tantangan serta kesulitan tersendiri. Diantaranya, ada siswa yang kesulitan untuk membuka Google Classroom atau pranala situs serta aplikasi lainnya disebabkan permasalahan pada akun yang digunakan gawainya. Ada juga siswa yang kesulitan untuk mengikuti pembelajaran secara daring karena tidak punya HP atau paket internet yang memadai. Sedangkan satu atau dua siswa lainnya kesulitan mengakses materi pembelajaran disebabkan jaringan/sinyal internet yang bermasalah. Sehingga saya perlu mencari solusi dari semua permasalahan yang dihadapi oleh para siswa tersebut selama proses pembelajaran.

Ada beberapa hal yang saya lakukan untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran daring. Salah satunya dengan melakukan pembelajaran secara luring ke rumah siswa yang mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran dengan tetap menjaga jarak serta menerapkan protokol kesehatan lainnya. Solusi lainnya yaitu dengan memberikan bantuan paket kuota internet untuk siswa yang tidak memiliki paket internet selama mengikuti pembelajaran daring. Bahkan saya memberikan bimbingan diluar jam pelajaran saya atau di akhir pekan untuk siswa yang masih mengalami kesulitan mengakses materi saya melalui layanan WhatsApp japri.

Dengan pembelajaran secara daring dan luring ini, saya dapat lebih mudah menyampaikan materi pembelajaran saya pada siswa. Antara pembelajaran secara daring dan luring tampaknya saling melengkapi satu sama lain. Pada pembelajaran secara daring, siswa dapat mempelajari materi melalui berbagai media dan aplikasi yang menarik sehingga mengasah kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi berbasis internet. Sedangkan pembelajaran secara luring dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran secara daring. Dua metode pembelajaran ini tidak dapat dipisahkan mengingat kemampuan serta latar belakang kondisi ekonomi keluarga siswa saya yang beraneka ragam.

Profil penulis:

Penulis bernama Sri Yuni Romadhaniati, S.Pd., lebih akrab dengan nama panggilan Nia atau Yuni. Kota asal dan tempat lahir di Sumenep, Madura, Jawa Timur. Mulai hadir ke dunia pada tanggal 1 Juni 1984. Saat ini saya bertugas mengajar di SMPN 3 Sumenep

Post a Comment for " Dilema Pembelajaran Daring, Bagai Makan Buah Simalakama"