SATUGURU: Menyiapkan Diri menjadi Pendidik Profesional Adaptif dan Kompeten di Era Society 5.0

 Rasional

Tantangan dan hambatan di dunia pendidikan terus datang silih berganti. Tantangan dunia pendidikan yang tidak mungkin bisa dihindari, justru seringkali muncul dan terjadi di lingkungan sekitar, bahkan di area pendidikan. Kemajuan zaman dengan perkembangan teknologi yang mutakhir, tidak bisa lagi dihindarkan. Dalam konteks pendidikan, ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru atau tenaga pendidik untuk dihadapi.

Tentu saja, tenaga pendidik akan dilibas oleh teknologi, apabila tidak memiliki kemampuan dalam menjawab tantangn tersebut. Hermawan (2020) dalam Journal of ISlamic Educational Management (JIEMAN) memparkan bahwa sesuai dengan data UNESCO dalam Globat Education Monitoring di tahun 2016 disebutkan tentang urutan peringkat pendidikan di Indonesia. Yakni, menempati ranking 10 dari 14 negara berkembang yang lain.

Hermawan juga memaparkan bahwa berdasarkan data dari Kemdibud tentang rerata nasional hasil UKG tahun 2018 ternyata hanya diperoleh angka 53,02. Itu pun masih berada di bawah kompetensi minimal yang harus dicapai. Salah satu kendala yang ditemukan juga bahwa di beberapa daerah kualifikasi guru belum memnuhi standar SI/ D4, waktu itu. Selain itu, faktor internal guru belum maksimal mampu melakukan pengembangan diri secara berkelanjutan (Hermawan, Iwan. 2020. Journal of ISlamic Educational Management (JIEMAN): Vol 1 No.3)

Nah, saat ini tantangan yang dihadapi juga semakin kompleks. Salah satu yang perlu disiapkan dalam dunia pendidikan adalah kemantapan guru menyiapkan diri pada era society 5.0. Hermawan (2020) menjelaskan dalam jurnalnya, bahwa society 5.0 adalah suatu kecerdasan buatan dengan tetap memerhatikan aspek humanistik dan mampu berkoneksi dengan berbagi lini dan bidang kehidupan. Kecerdasan ini menjadi kearifan yang baru di dalam tatanan kehidupan sosial.

Konsep era sosciety 5.0 ini telah diperkenalkan oleh pemerintah Jepang sebagai upaya antisipasi dampak dari revolusi industri 4.0. Sebagaimana diketahui bahwa akhir-akhir ini terjadi pola pergeseran hidup yang cukup mengkhawatirkan, Bahwa, dalam kehidupan sosial, dunia maya tidak dapat dihindarkan lagi.

Perubahan dan perkembangan tatanan masyarakat sangat cepat. Dunia teknologi digital telah banyak mengambil peran dalam mengubah kebiasaan masyarakat di dunia. Tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Untuk inilah, bahwa tenaga pendidik harus mampu menyiapkan diri dalam menghadapi situasi dan kondisi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat maya dan teknologi digital.

Apakah yang harus disiapkan oleh tenaga pendidik? 

Salah satu yang wajib disiapkan oleh pendidik adalah kompetensi yang terus mengalami perkembangan secara berkelanjutan. Saat berada para era society 5.0, seorang pendidik sudah seharusnya memiliki potensi sosial yang mampu dengan cepat dan tepat menyesuaikan diri. Pendidik smart society juga harus mampu mentransformasi dalam mengelola drinya sendiri menjadi lebih baik. Kemudian, secara seimbang juga siap menempatkan diri menjadi bagian penting dalam tatanan kehidupan yang serba cepat berkembang. Maka, tuntutan profesional menjadi sebuah keniscayaan.

Bagaimana seorang pendidik dapat menyiapkan diri secara profesional?

Salah satu faktor penting bagi pendidik sebagai dirinya sendiri adalah mampu melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Pendidik yang konsisten mengembangkan diri, maka tidak akan pernah tinggal diam untuk belajar dan meltih dirinya dengan berbagai kecapakan, termasuk kecakapan digital serta kemampuan adaptasi secara sosial. Terutama dalam konteks tatanan masyarakat berkembang dan digitalisasi pendidikan.

Sepatutnya, guru dapat secara terus menerus dan berkesinambungan dapat mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan melalui: pengembangan diri secara konsisten dan arif, publiksi ilmiah dan terus menciptakan karya inovatif. Untuk itulah, tidak ada alasan lagi bagi pendidik untuk diam ditempat. Oleh karena itu, saatnya untuk mengaktualisasikan diri sebagai pendidikan yang merdeka belajar dan berkompetensi. Tetapi, jangan lupa bahwa dalam mengaktualisasikan diri, janganlah "kebablasan". Seorang pendidik perlu memerhatikan integasi pikiran dan fisik serta psikis yang seimbang.  Termasuk, sepatutnya seorang pendidik dapat mengelola kecerdasan emosionalnya dengan baik. 

Secara detail, ikuti Tipnya SATUGURU:

Siapkan mental dan emosional secara matang.

Aktualisasikan kemampuan diri yang terpendam.

Tulislah setiap momentum yang terbaik.

Uraikan dengan baik setiap masalah yang dihadapi.

Gunakan logika (berpikir kritis), rasa (hati), dan karakter positif dalam pemecahan masalah.

Urun rembug dengan rekan sejawat dalam memajukan pendidikan.

Refleksi penting untuk selalu dilakukan agar mengetahui kekurangan kita.

Unjuk literasi dengan cara menulis, ngeblog, berkarya dan berbagi.


Intinya, sinergi antara kecerdasan emosional, spirtual, psikis, kemampuan berpikir (intelektual), dan karakter positif sangat dibutuhkan bagi guru dalam menyongsong era society 5.0.

Mengapa?

Sebab, kecerdasan emosional memiliki peran strategis dalam setiap keputusan yang diambil. Sebagaimana yang dikutip Ningrum dari Goleman (1966) dalam artikel di ditpsd.kemdikbud.go.id bahwa kecerdasan emosi itu memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan kecerdasan intelektual. Artinya, jika seseorang memiliki kecerdasan emosi yang baik, maka ia dapat mengelola kehidupannya dengan keputusan yang relatif baik. Seseorang bisa dikatakan cerdas secara intelektual, namun bisa saja keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tergesa-gesa atau bahkan dapat memengaruhi faktor kenyamanan orang lain, sebab ia kurang memiliki kecerdasan emosi yang baik.

Sehingga banyak dikatakan di kalangan masyarakat bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik, juga menjadi faktor penentu dalam kehidupannya yang baik pula. Namun demikian, kecerdasan intelektual juga sangat dibutuhkan. Sehingga ada balancing antara keduanya. Apabila itu terwujud, maka seseorang ataupun pendidik akan memiliki kelebihan yang luar biasa.

Sekali lagi, dalam menyambut era society 5.0, tidaklah cukup mengandalkan kecerdasan intelektual yang dimiliki. Namun, integrasi berbagai kecerdasan dan kompetensi sangatlah diharapkan. Maka, jika seorang pendidikmemiliki semangat yang besar untuk mengembangkan diri, sesunguhnya ia telah menuju pada peningkatan sumber dayanya. Sebab, pada era society 5.0 seseoran yang tidak memilik sumber daya yang mumpuni, maka ia akan menjadi gersang di padang yang subur. Akan menjadi penonton di lingkungannya sendiri. Bahkan, bisa dilanda grogi di tengah perkembangan rekan guru lainnya.

Hal penting lainnya yang perlu dimiliki adalah karakter positif yang mengakar dalam jiwa seorang pendidik. karakter religiusitas, jujur, amanah, dan sikap disiplan serta tanggung jawab menjadi sebuah keniscayaan. Sebab, dalam hubungan sosial yang dimulai dari lingkungan sempit hingga luas ataupun masyarakat di dunia nyata maupuan digital society, eksistensi karakter positif sangatlah dibutuhkan. Karakter positif pendidik menjadi satu nilai lebih untuk menjalin komunikasi dengan berbagai elemen sosial.

Berdasarkan rasionalitas ini, dapat dipahami bahwa tugas pendidik, bukan saja menstransfer ilmu pengetahuan, termasuk berbasis teknologi. Namun, pengembangan diri, kecerdasan ganda dan karakter positif menjadi sebuah keharusan.

Tantangan berat pada era society di dunia pendidikan adalah kesiapan para pendidik itu sendiri. Bagaimana seorang pendidik mampu membawa dirinya dan peserta didik menjadi pelakuk dalam setiap kesempatan. Kesempatan mengaktualiasikan diri dalam konteks pendidikan dan pembelajaran.

Hal apakah yang harus dilakukan oleh pendidik dalam rangka menyongsong era society 5.0?

Salah satu hal penting adalah mengubah cara pandang. Paradigma lama harus diapatasikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, masyarakat pendidikan saat ini, bukan saja masyarakat dengan kasat mata. Sehingga antara pendidik dengan peserta didik maupun orang tua sebagai mayarakat tidak aja dapat bertemu dan berinteraksi secara offlline. Bahkan, interaksi intens juga banyak terjadi secara virtual atau maya. Sehingga, para pendidik patutlah berpandangan bahwa kesempatan waktu bertemu offline untuk berdiskusi maupun melaksanakan transformasi pemebelajaran, belumlah dikatakan cukup. Masih ada ruang lain untuk menyampaikan gagasan dan diskusi itu, yakni ruang maya.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Analis Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Ditjen SD, bahwa dalam menghadapi era society 5.0, satuan pendidikan juga dibutuhkan perubahan cara pandang. Pendidik haru mampu menempati peran seabgai fasilitator, tutor, inspirator dan pembelajar serta motivator bagi peserta didik dalam konsep merdeka belajar (http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/menyiapkan-pendidik-profesional-di-era-society-50)

Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam menyambut era society ini, setidaknya seorang pendidik mampu melakukan 2 hal. yakni:

Adaptasi dengan society 5.0

Kompetensi menghadapi era society.

Melanjutkan tentang tantangan revolusi industri 4.0, bahwa peserta didik telah dibekali dengan kecakapan abad 21 (creativity, critical thinking, communication, collaboratioan). Pertanyaannya, sejauh mana pendidik memahami dan mempraktikkan kecakapan tersebut? Hingga saat ini, seberapa tinggi dampak yang telah dirasakan oleh peserta didik maupun pendidik sendiri. Jawabannya ada pada pendidik itu sendiri.

Kemudian, peserta didik juga dibekali dengan kemampuan berliterasi, yakni literasi baca tulis, numerasi, didital, sains, finansial, serta budaya dan kewarganegaraan. Sehingga setiap pendidik juga harus mampu mengimplementasikannya dalam menunaikan tugasnya sebagai guru. Tidak itu saja, peserta didik juga telah dibekali dengan kemampuan berpikir kritis, problem solving, kreatif, bernalar, berkarakter dengan arah pada karakter profil pelajar Pancasila.

Sehingga, tantangan tersebut tidaklah pernah berhenti. Pendidik memiliki tugas yang cukup berat. Di samping keharusannya dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan serta meningkatkan kompetensi profesionalnya, maka pendidik juga bertanggung jawab mengambangkan potensi dan kecakapan siswanya dengan indikator yang telah dipaparkan di atas.

Pada gilirannya, tidak pendidik saja yang harus siap terhadap hadirnya era society 5.0. Namun, peserta didik juga harus disiapkan secara optimal dalam menghadap era tersebut. Tentu saja dengan modal kecakapan abad 21, kecakapan literasi dan karakter yang mencerminkan profil pelajar Pancasila.

Menjadi Pendidik Profesional di Era Society 5.0.

Era society 5.0 bukanlah mimpi. Ia benar-benar hadir dalam dunia pendidik. Jika dahulu dirasa tidak mungkin, maka saat ini bersosialisasi dalam dunia digital telah nyata dilakukan. Bahkan telah menjadi pilihan dalam momentum tertentu. Hal yang paling dirasakan, pada saat negara kita mengalami masa pandemi. Dunia maya seakan menjadi nyata. Sebab, pendidik dan peserta didik lebih banyak bertemu maya dari pada bertemu muka. Ini adalah fakta. Begitu dekat sekali antara pendidik dan peserta didik melalui dunia digital.

Oleh karena itu, menjadi pendidik yang profesional di era society ini adalah pilihan wajib. Sesuatu yang harus dilaksanakan dan dialami. Sebab, dalam dunia pendidikan telah bersentuhan langsung dengan dunia digital. Bahkan, dunia digital telah menjadi bagian intergral dari kegiatan pendidikan, proses pembelajaran. 

Maka, dalam rangka meningkatkan profesionalitas guru dalam era siciety ini, tidak cukup memiliki 4 kompetensi keguruan, yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Nanum, perlu dengan segera mengembangkan kompetensi tersebut hingga benar-benar profesional.

Satu indikator lagi, pendidik cukup dikatakan profesional jika ia mampu secara tepat memanfaatkan dunia teknologi informasi dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini, seorang guru harus memiliki kecakapan ganda. Hybrid skill maupun computational skill. Inilah tantangan dan kenyataan yang harus dihadapi. Sehingga keprofesionalan pendidik saat ini tengah diuji oleh zaman itu sendiri. 

Simpulan

Dalam menghadapi era society 5.0 seorang pendidik dituntut untuk profesional. Yakni mampu beradaptasi dan berkompetensi. Mampu menyesuaikan diri dengan mengembangkan potensi diri, karakter positif serta kecerdasan digital. Selain itu, juga mampu berperan sebagai fasilitator, inspirator, motivator serta contoh yang baik bagi peserta didiknya. Pendidik juga terus mengembangkan kecerdasan abad 21 bagi peserta didik, kemampuan literasi serta karakter yang mencerminkan profil pelajar Pancasila.

Bahan Pustaka:

Hermawan, Iwan. 2020. Journal of ISlamic Educational Management (JIEMAN): Vol 1 No.3

http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/menyiapkan-pendidik-profesional-di-era-society-50

Artikel lainnya direkomendasikan dan sering dibaca juga:

Mengajar dengan Model Hybrid

Peran orang tua dalam Pembelajaran Masa Pandemi

Metode Terbaik dalam Pembelajaran Pandemi

Rangkuman Materi Pembelajaran Tematik SD/ MI

Administrasi Pendidikan dan Perangkat Pembelajaran

Demikian yang dapat disajikan. Salam SATUGURU bersama Om Jay yang luar biasa. Semoga bermanfaat.

6 comments for "SATUGURU: Menyiapkan Diri menjadi Pendidik Profesional Adaptif dan Kompeten di Era Society 5.0"

Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.