Kumpulan Puisi Dedikasi Guru (Buku: Takdir Seorang Guru)

 NASKAH ABADI

 

Inilah suara hati yang membahana

Panggilan jiwa bersahaja

Mengabdi penuh suci

Membentuk anakanak bangsa

Menjadi generasi pewaris negeri



 

Tak hanya teks narasi

Bukan saja soal naskah pengetahuan

Yang kupersembahkan pada mutiara nusantara

Anakanak Negara

 

Membentuk deretan makna

Dari karakter berbudi

Jiwajiwa mulia

Kembali pada Tuhannya

Adalah yang utama

Yang paripurna

 

Mencipta suara emas

Menjadikan manusia utuh

Mewujudkan generasi hebat

Memupuk budi mulia

Adalah Naskah Abadi

Yang selalu kutuliskan

Untukmu penerus bangsa

 

Doamu kelak

Cantumkan menjadi naskah abadi

Bagi kami para pengabdi

Guru berbakti pada Negeri

Pada ilahi

Pada anakanak berbudi.

 

Catatlah naskah abadi

Menjadi sejarah diri

Yang suci terpatri

Dalam sanubari, hati!

 

Sumenep, 20 September 2018.@lee


 

KABUT KEPAGIAN

 

Mentari belum jua menyapa

Dedaun tak tampak hijau

Masih dalam waktu yang sama

Kabut kepagian

 

Gigil selaksa salju menyapu

Hempasan bayu menderu

Kuterus melaju dengan teguh

Memenuhi janji kalbu

 

Pengabdian memanggilku lantang

Gelap menuju siang menutup pandang

Menelusuri liku jalan hitam

Terhenti di depan pintu gerbang

Pintu gerbang pengabdian

 

Jiwaku terpatri kuat

Bersahaja menunaikan hakikat

Menjadi pelita harapan

Bagi anak nusa masa depan

 

Jangan hiraukan pagi

Tak jemu berselimut kabut

Melaju di tengah terpaan bayu

Menuju pengabdian

Menjadi pelita harapan..

Sumenep, 17 September 2018.@lee

 


 

 

 

TULIS DENGAN TULUS

 

Nak, bapak menuju mimpi

Yang tak pernah kamu pikirkan

Menembus rembulan

Menuju suksesmu

 

Nak tulis kataku

Tuluskan hati pesanku

 

Sebrangi lautan...

Terbanglah tinggi

Berlarilah kencang

Menggapai masa depan

 

Yang gemilang

Tulislah!

Tuluslah!

Belajarlah!

Sumenep, 25 September 2018.@lee

 

  

MUTIARA NUSANTARA

 

Kamu sepertinya berbeda, nak!

Bahkan dari gemintang malam yang lelap

Wewarninya menyeruak gelap

Secercah cahayanya menyapu mayapada

Tetapi, ronamu mengisahkan sejarah

Di bangku sekolah ini

 

Terlihat tingkahmu seumpama genius

Anak sebatangkara yg cerdas

Wajahmu tak ada aral sama sekali

Seakan, kaulah mutiara itu

 

Pijaklah bumi sehentak detak jantungmu

Raihlah langit sedenting hatimu

Menggapai asa menuju Negara

Memimpin nusantara yang carut

Teguhkan dada menembus badai

Badai hidup dalam reruntuhan budi

Kaulah, sang pembaharu

Menuju bahagia

Sang, mutiara nusantara kelak

 

Citamu kelak

Serumpun dengan beban belajarmu kini

Ayunkan langkah tanpa henti

Tetapkan pilihanmu

 

Mutiara Nusantara

Dita, Muridku!

 

Sumenep, 18 September 2018.@lee

 

 

EMBUN PENGABDIAN

 

Pagi yang semayup kembali hadir

Rotasi waktu yang kekal

Evolusi zaman bergerak maju

Menuju puncak panorama yang takjub

 

Denting waktu menjadi bisu

Ketika pengabdian tetap memanggil

Jiwajiwa teguh memadu kalbu

Sejuk embun menjadi candu

Bersama pengabdian yang paripurna

 

Rasanya terus bersambut bahagia

Berada di jalan pengabdian

Tanpa lelah, tak ada susah

Tak getir walau kadang berpetir

Tak jemu meski sendu

Tetap rindu

Pengabdian di embun pagi

 

Kala itu

Tetap terpaku

Dalam ingatan hati yang kokoh

Tak tergantikan dengan apa jua

Hanya ada bayang

Bahagia abadi

Bersama embun

Pengabdian yang tulus

 

Guru, akulah embun pengabdian itu

 

 

Sumenep, 19 September 2018. @lee

 

 

BERI KITA JUDUL

 

Ini adalah kisah seonggok jasad

Jasad merindu sendu akan ilmu

Tak jemu belajar dan meramu

Setiap untaian tema

Jadi pilihan merajut asa

Bersama anak bangsa

 

Kisah bahagia yang tak berjudul

Cerita cinta yang tak bernarasi

Yang ada hanyalah bahagia

Senyum ranum di balik lugu kalian

Anak anak pencari fakta hidup

 

Bahagiamu merajut mimpi

Menuju masa depan abadi

Adalah bahagiaku yang dinanti

Goresan takdir bersamamu

Menjadikan kisah kita haru biru

 

Berjuang bersama menuju puncak

Puncak asa yang tertanam

Dalam jiwajiwa yang teguh

 

Riangmu meniti hari

Menjemput cita dan cinta

Tak kan kulupa sepanjang masa

Bersama kabut di ufuk fajar

Menuju senja merah yang indah

Bersama spektrum pelangi hidup yang indah

Kita ada di sini

Belajar tanpa henti

 

Tak tahu apa yang harus kutulis

Beri saja aku judul

Cerita kita yang bahagia

Menempuh harihari bermakna

Bersama asa

Anakanak, berilah kita judul.

 

Sumenep, 21 September 2018.@lee

 

TINTA KEHIDUPAN

 

Nak, tuliskan di sini

Sekarang!

 

Mulailah hidupmu menjadi samudera

Luas akan ilmu karena dahaga

Denting waktu terus berputar

Mengitari mayapada yang sudah tua

 

Nak, cantumkan asamu di sini

Tulis sekarang

Menjadi tinta manis

Dalam hidupmu

 

Jangan pernah menyerah

Memberi yang terbaik untuk orang tua

Kebanggaanmu

 

Berikan mahkota raja pada mereka

Dengan ilmu yang kau cari

 

Goresan penamu setiap detik

Adalah jalanmu menuju citamu

Ialah tinta kehidupanmu

Mencari luasnya ilmu

Dalam palung samudera

 

Nak, tulislah jalan hidupMu

Bersama tulisNya

Mendoa menuju harapan

Gemintang bendera di masa mendatang

 

Nak, tulis dengan tintamu

Jalan hidupmu yang indah

Di sini, bersamaku!

 

Sumenep, 22 September 2018.@lee

  

MINGGU TENANG?

 

Hari yang ditunggu

Seumpama cinta yang menggebu

Minggu yang dirindu

Semacam cita yang dituju

Adakah minggu tenang?

Sebagai hari bersua dengan diam

Diam seribu makna berlabuh di atas permadani?

Tidak, minggu tetap berkarya.

 

Sepucuk cinta tersulam indah

Menelisik tugastugas Negara

Menyiapkan mutiara bangsa

Anakanak berbakat

Nak, tetaplah berkarya di hari ini

Hari yang dianggap keramat

Hari tidur selaksa raja berkuasa

 

Bagimu tidak, nak.

Tetaplah bersahaja

Mencari ilmu

Bersama pelangi dengan spektrum warni

Bersama mentari menuju dewasa

Bersama mereka yang membesarkan jiwamu

 

Nak, bangun dan tulislah

Sejarah hidupmu menuju asa

Di hari tenang ini

Minggu merindu

Minggu menderu

Minggu yang tak pernah layu

 

Selaksan adenium yang bugar

Bunga mekar sembari mendoa

Merah merekah bersama takdirNya

 

Nak, tulislah!

 

Sumenep, 23 September 2018.@lee

 

 DOA SANG GURU

 

Nak,  ingatlah selalu

Gemintang yang ranum

Menyaksikanmu, kelak bersama suksesmu

Meski bersama setangkai bunga linangan air mata.

 

Nak,   kelak asamu membuncah

Sepasang mahkota merajut bahagia orang tuamu,

Gua pertapaanmu, kekuatanmu

Tuhan selalu hadir

Seiring takdirmu

Sejalan langkahmu

DIA tak pernah tidur

Menjagamu

 

IA adalah pemilik mayapada

Yang maha pendengar

Pemilik khayangan

yang maha pemurah.

 

Tuhan sebari bersama aliran nadimu

Selalu mengetuk palung hatimu

Untuk doamu.

 

Nak,  jika suatu hari nanti

Jiwa ini telah beradu sendu

Raga telah renta sebatangkara

Usia diufuk senja

 

Janganlah kau bersedih.

Raga kita tetap satu padu

Satu pintaku

Seribu harta dari kekayaan. 

 

Tahukah kamu nak?

 

Berbagi ilmu pada sesama, seantero jagat mayapada.

 

~, 23 September 2018

  

D’  YANG TERSEMBUNYI

 

Tahun kesekian mengabdi

Dalam bingkai yang istimewa

Cahaya bahagia terus bersemi

Terpatri dalam hati

 

Kutertegun

Setiap berswa denganmu, Asoka yang cantik

Timbul tenggelam selaksa gelombang

D yang kusembunyikan

Dag Dig Dug kurasa

 

Semacam desir bayu yang menyapu

Setiap pori bermuara di kalbu

D yang tersembunyi

Dag Dig Dug kurasa

 

Dentang jantung yang tak karuan

Setiap menatap raut wajahmu yang menawan

Warnimu yang cerah

Mengisahkan cerita kasih

Yang tak kan pernah berulang, di sini ada pengabdian

Cinta yang tak kan pudar

Karena cuaca dan waktu

Meski roman terbaca habis

Cintaku terus menua, Asoka

Saksi pengabdianku

 

Bahagia serupa haru

Gembira hati jadi satu

Diam terpaku

Memagut jiwa yang rindu

 

D yang tersembunyi di hati

Dag Dig Dug kurasa itu

Duuhh!!!

 

Sumenep, 24 September 2018.@lee

.

  

TAK ADA IDE

 

Tuhan, apa yang salah

Pada setiap alirah darahku

Sepucuk ingatan kian sirna

Terhempas oleh kilatan alpa

 

Tuhan, aku adalah guru

Tak boleh kehilangan ide

Tak seharusnya musnah

Aku guru biasa

Yang alpa

 

Tak segunung idepun

Kuber asa akan cinta

Cecinta dengan anak bangsa

Berbalut bahagia meski secarik kertas di atas meja

 

Tuhan, teguhkan dada

Menembus jarak tanpa batas

Terus menuai cinta bersama asmara

 

Nak, ini pelangi ide gurumu

Terus berpacu dengan waktu

Mengatarmu menuju puncak

Meraih bintang

Menggapai asa

 Sumenep, 25 September 2018.@lee

 

LENTERA HIDUP

 

Ini tentangmu, Duh Mentari

Yang mengitari katuliswa

Untuk panggilan jiwa

 

Ini tentangmu, Duh rembulan

Yang berotasi dengan musim

Untuk meneguhkan janji

 

Ini tentangmu, duh Guru

Yang mengabdi dengan leliku jalan

Untuk menatap asa

 

Bentang samudera

Garis ufuk

Senja merah

Badai bandang

Kilat petir

Terik panas

Gemericik hujan

Debu menggebu

Entah, apa lagi

Adalah jalanmu

Takdirmu bergumul

Waktumu berjerih

Pengabdianmu berpeluh

Bahagiamu kini

Nanti, lusa dan abadi

 

Guru,

Mentari

Rembulan

Takdirmu

Bahagia abadi

Lentera hidup

Hingga asa tergapai

 

Bersama anak negeri!

 

Sumenep, 26 September 2018.@lee

 

  

AKU BANGGA DEDIKASIMU, GURU

 

Ini potret kita, guru anak rimba

Rimba pengetahuan

 

Akupun tak sangka

Jika guru Indonesia adalah Samudra

 

Inspirasimu menyeruak gemintang

Imajinasimu membelah katulistiwa

Menjadi lintang utara dan selatan

Membujur dari barat ke timur

Dedikasimu, guru

 

Aku bangga padamu, guruku

 

Ternyata nalurimu bening

Hatimu putih

Jiwamu selaksa zamzam

Suci mengaliri anak tak berdosa

Dirimu mendoa

Selayak mantramantra shohih

Hanya utk anak negeri

 

Tutuh, Dwi, Nofem, Mila, Siti

Asiah, Alee

Dan sosok lain

Yang sunyi tak dapat bersua

Satupersatu

 

Aku bangga kalian

Pujangga berdedikasi

Guru berjiwa segara

Berhati mulia

 

Duh, aku mencintaimu

Guru!

 

Sumenep, 26 September 2018.@lee

 

 

MENDOAMU

 

Pagi mengajarmu Nak

Bahkan saat kamu tak bersua

Aku tetap tegar berbagi

Saat kamu mengosongi bangkumu?

Aku tetap bersama citamu

 

Aku mendoa saat kamu alpa

Merapalkan sabda suci ketika kamu lelap

Untuk bintangmu aku merayap di tengah sunyi

Mengadumu padaNya

 

Nak, tak ada guru yang semena

Tak ada yang tak hirau

Guru inginmu terbaik

Meski terus mendoamu

Meski bukan anak tanahku

 

Mulialah gurumu, nak

Tiada henti akan munajad

Untukmu kelak

Suksesmu besok

 

Meski sunyi

Meski tak di kelas

Meski kamu lelap

Tetap mendoa

Nak

 

Sumenep, 27 September 2018.@lee

 

ADENIUM

 

Ini tentang cinta

Anakanak berkebun asmara

Merajut adenium berwarni

Menjadi cinta abadi

 

Bagaimana tidak

Ia cemburu mentari menyinarinya

Semburat wajahnya kaku

Saat anak lain menyiraminya

Tak mau ada jasad siapapun menyentuhnya

Adenium cintanya

 

Bukan tentang bunganya

Tak soal adeniumnya

Yang bikin ia cemburu

 

Yah....

Perjuangannya

Antara hidup dan mati

Masa kritis yang layu

Kerontang tanpa hujan

Mengeras selaksa batu

Hingga kembali merona

Mekar merah merekah

Adalah cintanya

 

Membincang dalam bahagia

Adenium cinta pertamanya

 

Nak, ia milikmu

Siramilah hingga ranum

Rawatlah menjadi harum

Bahagialah bersama adenium

 

Cintamu!

 

 

Sumenep, 28 September 2018.@lee


TAK KOSONG

 

Pagi yang ranum

Terbalut asa dalam senyum

Jiwa yang polos

Dari anak garam emas

Yang tak kosong

Bukan lumbung tak berisi

 

Hati mereka telah disesaki

Kalam suci milikNya

Doadoa keramat sang ibu

Semangat api sang ayah

Sungguh mereka tak kosong

 

Degup jantung guru bergemuruh

Menelisik anak pandu

Dengan sepucuk dedaun ilmu

Mengisi imajinasi mereka

Yang tak kosong

 

Dedikasi para geguru

Menyeruak marapalkan dzikir

Matematika dan rumpunnya

Sejarah dan pesonanya

Mengisi pikir mereka

Yang tak kosong lagi

 

Guru, abdimu untuk mereka

Jiwajiwa yang telah dijejali

Bekal hidup bahagia

Menuju ujung semesta

 

Guru,

Mereka tak kosong lagi

 

Sumenep, 29 September 2018.@lee

 

PELITAKU

 

Tak mungkin aku mendua

Hatiku terdetak utk menunggu

Pujangga jagat darimu

 

Tenang semacam danau

Damai selaksa merpati

Kusabarkan nurani

Menunggu puisi indahmu

 

Guru, Pelitaku

Aku di sini

Dalam jagat keberdayaan

Dalam angan kebahagiaan

Bersama cecinta

Kutunggu bait jantungmu

 

Mendetangkan rima

Bersama anak negeri

Di pintu bahagia

 

Dwi, bergegaslah

Mentari telah meninggi

Memayungi negeri ini

Bersama karyamu

 

Guru

Bergegaslah!

 

Sumenep,   19 Austus 2018.@lee

 

JAM KOSONG

 

Pagi ini aku gelisah

Memandangi lesung pipit pipimu

Dalam angan

Bukan mimpi

 

Wajahmu memesona

Laksana pelangi mewarna

Mengisahkan roman asmara

Yang tak pudar karena waktu

Tak retak karena badai

Tak lenyap karena hujan

 

Jam Kosong itu,

Guruku tak hadir

Aku dalam lelapku

 

Biarkan mimpi ini menelisik

Setiap denting waktu

Bersama pengabdian

Guruku,

Jiwamu kau kobarkan

Waktumu kau korbankan

Utk anak mutiata permata

Milik bangsa

Ikhlas baktimu

Menuju kebahagiaan

Bahagia abadi

Bersama pengabdian

Guru,

Izinkan mantra mendoa

Tuk baktimu

Tuk dedikasimu

Tuk tulusmu

Bu,

Tunggu aku

Di ufuk senja

Bersama burung pipit

Menari mega merah

Di ujung maya pada

 

Sumenep,  22 Agustus  2018.@lee

 

 

 

TANGGAL MERAH

 

Tak peduli merahmu

Tak ada lagi soal warna

Spektrum pelangi adalah pengabdian

Bersama anak asuh

Berpeluh di olimpiade hidup

 

Ini usaha, nak

Tuk meraih takdir

Mencapai bahagia

Jadilah juara kehidupan

Memayungi kesabaran

Memusnahkan keangkuhan

 

Ini tanggal merah

Bagi penyerah

Jangan berkalang tanah, nak

Tanpa berjuang

 

Lantangkan suaramu

Pijakkan kakimu

Genggam takdirmu

Jalani romantika itu

Tuk menggapai citamu

 

Inilah pembuktian

Citamu jadi milikmu

Cintamu bersamaNya

Cintamu milik mereka berdua

Pahlawanmu di sana

 

Nak, apimu tlah menyala

Kobarkan daya juangmu

Ledakkan ambisimu

Menuju citamu

Asamu yang cemerlang

Bahagiamu kelak

Adalah bahagiaku kini

Suksesmu kelak

Adalah keringatmu kini

Hidupmu kelak

Adalah takdirNya

Nak, aku tunggu itu!

 

Pamekasan, 30 September 2018.@lee

TANGGAL SATU

 

Yah, Nak

Hari riang kita

Tanggal satu

Yang tinggal satu

 

Bukan soal Bapak berwarna merah

Atau biru

Dari slipslip gaji

Lalu sederet nota

Yang harus kubayar

Tidak itu, nak!

Kelam, Legam

Hitam, Muram

Kelabu,Abuabu, Berdebu

 

Nak, puluhan tahu lalu

Negara kita hitam legam

Di bawah awan durjana

Mayapada Nusantara berbisik

Langit menangis

Tanahtanah meronta

Hutan menjerit

Pintupintu jenderal berderit

Peluru menembus hati yang suci

 

Nak, sejarah itu hitam

Ditulis para pemberontak

Dicatat para perompak

Menguji sakti Pancasila berdikari

 

Nak, darah mengalir kemarin

Sumur mencekam tanggal itu

Hutan selaksa rimba

Pahlawan tak berdosa

Berkalang tanah menyesaki liang yang sama

Nak, tanggal satu

Negara yang satu

Pancasila yang satu

Sakti yang satu

Tinggal satu, nak

Lanjutkan perjuanganmu

Di meja belajar

Nak, catat itu!

Sumenep, 1 Oktober 2018.@lee

LUPA MASA

 

Nak, kini beranjak malam

Sebentar lagi gulita

Tanpa listriklistrik benderang

Di pejamuan kamar tugas

Kamarku nak

Ruang RPP

Pintu Jurnal

Jendela Soal

Kisikisi hidup

Hirukpikuk perangkat

Lupa masa diam

Instirahat dalam impian

 

Nak, senja merah telah raib

Denting waktu kian larut

Semayub bayu merasuk

Tulangtulang tua ini

Gigil tak karuan

Sendisendi pilu nyeri

Akankah ditinggal berlayar?

Menuju mimpi indah?

 

Tidak nak,

Gemintang malam berseri

Rembulan bersemi

Reranting seakan mencakar langit

Debur ombak memecah sunyi

Dan

Aku tetap di meja paksa nak!

Menulis tentangmu

Tentang pelajaranmu esok

Siaga alat peraga

Terjaga dengan media

Belajar dengan tegar

Tenang nak,

Itu untukmu

 

Hingga aku lupa masa

Jarum waktu berputar di mana

Detik jam berotasi ke mana

Kantukpun tak ingat lagi

Nak, belajarlah esok!

 

Sumenep, 2 Oktober 2018.@lee

BAK SAMPAH

 

Ini tentang pikirmu

Tentang hatimu

Tentang jiwamu

Nak,

 

Karaktermu dicitakan

Sepenuh nurani

Tuk menjadi mutiara kelak

 

Nakalmu, Kotormu

Cengengmu, Bisumu

Buang jauh

Di lorong itu

Bak sampah menunggu

 

Harapku intan berlian

Emas permata cinta

Di puncak prestasi

Nak, bangun

 

Buang sebongkah malas

Lenyapkan seonggok keras kepal

Sirnakan gemuruh kelas

Nak..

Buang sejauh mata memandang

Di pojok itu

Bak sampah

 

Nak, bangun

Sinari pikirmu

Pijarkan nuranimu

Pendarkan cahaya cita

Menuju anjungan itu

Pemimpin negeri

Kelak

Nak, bangun

Buang ke bak sampah

Segala egomu

Nak, buang sampah itu

Bak buih ditelan gelombang

Hilang ditelan malam

Diterjang gulita

Bangun mimpimu nak.!!

Sumenep, 3 Oktober 2018.@lee

KADO ISTIMEWA

 

Hari ini

Aku tetap mengabdi

Masih di tempat yang sama

Episode berbakti

Kerangka yang satu 

Mengabdi untuk negeri

IndonesiaMu

Aku juga

Kita

KadoMu indah, Istimewa

Mulia karena karya hidup

Bersahaja karena berjibaku

Indah bersama tugastugas

Mulialah guru kita

Guru berkarya

 

Sebentar bergegas pulang

Sebentang pematang kembali

Serumpun didikan tlah datang

Belajar hingga senja

 

Kado yang tak dilupa

Sepanjang usia

Indah istimewa

Guru mulia

 

Tuhan, panjatan terima kasih

Tanpa batas dan jarak

Dalam hati terdalam

Sejiwa bahagia

 

Tuhan, terima kasih

 

Sumenep, 4 Oktober 2018.@lee

 


RUMPUN ASOKA

 

Indah mewarna berjejer

Memagari jejalan

Pagipun bersua bahagia meminang semerbak, mewangi

Tak ada beda

Diantara rerumpun bunga pot berserak, hitam teduh

Kastakasta bunga ranum

Bunga sejajar, sewangi

 

Asoka selembut adenium

Tetapi, mereah merekah

Semacam merajakan bungabunga istimewa

Kembang tak berbunga

Berserak karena dimadu

Bunga yang berkembang

Menjadi ratu dalam pot hitam itu

 

Bunga kepagian dalam takdir yang beda

Yang tak istimewa tak berdaya

 

Asoka,

Yang berbunga menjadi kuasa

Merajai pelangi warna

Di bilik kelaskelas belajar

 

Nak, itu Asoka kita

Rawatlah dengan cinta

 

Sumenep, 5 Oktober 2018.@lee

 

RINDU BERBISIK

 

Tak mudah kuhempaskan

Bisikan lirih ucapmu

Di genderang telingaku

Suara lembutmu

Seumpama kapas putih, lembut tak terperi

Rindu serindunya

Bulir air mata suci ini

Menghias lesung pipit yang menua

 

Nak, walau kau telah pergi

Melanjutkan cita dan cintamu

Aku tetap di sini

Meneguhkan tugas

Menunaikan tanggung jawab

Abdi negara yang tangguh

 

Aku merindumu

Celoteh manjamu

Riang riang nakalmu

Senyum polosmu

Tingkah lucumu

Diam lugumu

Rindu ini selalu berbisik, nak

 

Kapan kita mengulang takdir itu

Masa belajar kita

Masa ujian kita

Masa kita bersama

 

Nak, air mata ini untukmu

Biarlah aku bersama pengabdian ini

Lanjutkan citamu

Lanjutkan perjuanganmu

Menuju negeri tak berbatas

Bersama impian indahmu

Hingga ujung mayapada

Nak, aku merindumu

Nak, hampirilah kelak

Bersama suksesmu

Rindu selalu berbisik

Hingga larut malam

Tenggelam dalam mimpi

Nak, rinduku untukmu!

Sumenep, 6 Oktober 2018.@lee

Post a Comment for "Kumpulan Puisi Dedikasi Guru (Buku: Takdir Seorang Guru)"