Menanti Lailatul Qadar (Ramadan Berkah)

 Menanti Lailatul Qadar

Sayutina P.


Ramadan memiliki sebuah malam istimewa bernama Lailatul Qadar. Seperti namanya yang berarti malam kemuliaan, Lailatul Qadar digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Para malaikat turun menabur keberkahan, rezeki, kenikmatan, kedamaian bahkan Tuhan akan mengabulkan setiap doa yang dipanjatkan pada malam tersebut. Ibadah yang dilaksanakan pada malam itu juga diganjar pahala yang lebih besar dari pahala ibadah ramadan hari lain.

Tetapi tidak pernah ada yang tahu kapan malam Lailatul Qadar turun. Semua serba rahasia. Bahkan Baginda Nabi Muhammad saja tidak pernah menerangkan secara pasti pada malam keberapa sebenarnya Lailatul Qadar itu akan tiba. Beliau hanya memberikan penjelasan bahwa Lailatul Qadar “biasanya” datang di paruh terakhir bulan Ramadan. Karenanya Nabi Muhammad menganjurkan untuk lebih rutin beribadah di 10 hari terakhir Ramadan. Hampir semua masjid dan musholla dipenuhi jamaah yang berbondong-bondong melakukan I'tikaf (berdiam diri dalam masjid) untuk beribadah. Bahkan ada masjid yang menyediakan tenda khusus untuk melakukan i'tikaf.

Jika ditelusuri, apa yang disampaikan Nabi Muhammad sejatinya adalah pesan tersirat agar umat muslim tidak pernah lengah untuk meraih keberkahan di bulan Ramadan. Karena biasanya malam-malam terakhir, adalah kondisi dimana orang-orang sudah mulai lelah beribadah, terutama untuk Salat tarawih dan tadarus. Masjid yang di awal-awal ramadan penuh safnya, semakin hari semakin berkurang. Bahkan ada yang menyisakan cuma satu saf.

Maka alangkah baiknya Lailatul Qadar tetaplah jadi rahasia Allah. Agar eksistensi Ramadan sebagai bulan penuh berkah tidak bergeser karena hanya menunggu Lailatul Qadar. Kita tidak tahu siapa yang akan memperoleh malam Lailatul Qadar. Bisa jadi bukan orang-orang yang rajin ibadah selama paruh akhir bulan Ramadan. Bagaimana jika ternyata malam luar biasa itu didapatkan oleh seorang penjual takjil yang istiqomah berjualan di pinggir jalan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya? Atau mungkin didapat oleh pegawai kantor yang harus lembur setiap malam karena ingin segera mudik ke rumah ibunya? Lailatul Qadar  tidak perlu dinantikan. Yang paling penting dinantikan saat Ramadan adalah buka puasa. Selamat menjalankan ibadah puasa. Salam.

 

 

Tentang Penulis

SAYUTINA P. Penulis adalah seorang guru di SDN Batangbatang Daya III Kecamatan Batangbatang. Mengajar aktif sejak tahun 2010 sampai sekarang. Lulusan Diploma II Universitas Negeri Malang tahun 2008. Menamatkan S1 Pendidikan Universitas Negeri Surabaya tahun 2012.

Bisa dihubungi di surel connelly.ayu@gmail.com


Post a Comment for "Menanti Lailatul Qadar (Ramadan Berkah)"