Pelajaran dari Madrasah Ramadan (Hikmah Ramadan)

 Pelajaran dari Madrasah Ramadan

Sukri

  

Kita baru saja ditinggalkan oleh tamu yang sangat istimewa, yaitu bulan suci Ramadan. Bulan yang penuh keberkahan dan ampunan. Sangatlah beruntung dan berbahagial, bagi orang-orang yang telah bisa menghiasi dan mewarnai hari-hari selama Ramadan. Tentu saja dengan hiasan terindah dan amalan secantik mungkin. Yakni, telah melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya, sehingga mereka pantas mendapatkan gelar “la’allakum tattaqun” "insan-insan yang bertaqwa".


Orang-orang yang telah melatih dirinya melalui madrasah Ramadan dengan melaksanakan amal-amal saleh. Seperti salat wajib, salat sunnah, tadarrus Al-Qu.ran, bersedekah, mengeluarkan zakat fitrah dan zakat hartanya, dan berbagai amal saleh lainnya, seharusnya bisa mempertahankannya setelah Ramadan berlalu, banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari madrasah Ramadan yang baru saja kita lalui itu, di antaranya : Ramadan mengajarkan kita untuk tetap memakmurkan masjid dengan salat berjamaah.

Jangan kita hanya meramaikan masjid di bulan Ramadan saja, karena kalau kita hanya meramaikan masjid di bulan Ramadan saja, berarti kita hanya menjadi hamba Ramadan, bukan hamba Allah, karena hamba Allah yang bertaqwa akan tetap memakmurkan masjid dengan salat 5 waktu berjamaah. Meskipun Ramadan telah berlalu, jangan kita biarkan masjid kita sepi setelah Ramadan. Sebab, ternyata banyak permasalahan hidup yang kita rasakan selama ini. Entah itu kesulitan ekonomi, penyakit yang tak kunjung sembuh, pikiran yang kacau, hati yang tidak tenang dan lain sebagainya. Apabila dikaji ternyata salah satu penyebabnya adalah dari salat kita yang selalu kita sepelekan.

Ramadan juga mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Allah SWT menjadikan dunia ini beserta segala isinya, yang tiada terhingga banyaknya, yang tiada ternilai harganya,  jelas pengaturannya. Bagaimana pula bumi dihamparkan, gunung-gunung dipancangkan, sungai-sungai dialirkan, hutan dengan berbagai tanamannya. Lautan dengan berbagai macam ikannya, bumi dengan berbagai macam minyak yang dikandungnya, dan berbagai nikmat lainnya, semuanya Allah ciptakan untuk kita semua. Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan?

 

Pujangga mengatakan, andaikan saja, air-air di lautan dijadikan tinta, daun-daun pohon sebagai kertas, ranting-rantingnya sebagai pena, untuk menghitung nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, maka akan keringlah seluruh air di lautan. Akan habislah semua daun-daun di pohon, akan kekuranganlah ranting-rantingnya, namun semuanya belum cukup untuk menghitung nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita semua.

Ramadan juga mengajarkan kepada kita untuk selalu bersabar dalam menjalani hidup di dunia ini, meskipun mungkin, saat ini, kita merasakan mencari pekerjaan yang semakin sulit, belum lagi biaya kebutuhan hidup semakin melangit, ditambah lagi biaya pendidikan anak yang tidak sedikit, tapi semuanya janganlah  membuat kita  berpikiran sempit, sehingga keimanan kita semakin sedikit.

Saat ini mungkin, hidup kita terasa susah, sementara kebutuhan hidup semakin bertambah. Ditambah lagi dengan adanya berbagai musibah. Misalnya, harga sawit sebelum lebaran turun menjadi murah, yang mungkin membuat sebagian kita merasa resah dan gelisah. Apalagi ketika kemaren belum membayar zakat fithrah. Tetapi, Ramadan mengajarkan kita untuk tidak boleh pasrah, apalagi menyerah.

Sehingga membuat kita salah langkah, tapi mari kita adukan semua masalah, kepada yang  maha gagah, yaitu Allah Jalla Jalalah, yang kita iringi dengan  memperbanyak ibadah,bersujud dan mengadu di atas sajadah, dan marilah kita selalu bersedekah, kita harus yakin, insyaAllah hidup kita akan berubah, menjadi indah dan barokah. Kita harus percaya, di balik gelap ada terang, setelah malam ada siang, di ujung susah ada senang. Orang orang yang berpuasa diajarkan untuk percaya, bahwa Allah memberikan apaapa yang mereka butuhkan, bukan memberikan apa-apa yang mereka pinta.   

Jika semua yang kita kehendaki terus langsung kita miliki, lalu darimana kita belajar akan keikhlasan? jika semua yang kita impikan segera terwujud, lalu darimana kita belajar akan kesabaran? Jika semua doa kita terus dikabulkan, lalu darimana kita belajar akan ikhtiar?

Seseorang yang dekat dengan Allah, bukan berarti ia tidak ada air mata. Seseorang yang taat dengan Allah, bukan berarti ia tidak kekurangan. Seseorang yang tekun berdoa, bukan berarti ia tidak ada masa-masa sulit dalam hidupnya. Akan tapi ketika dia menghadapi kesulitan maka dia berusaha untuk sabar menjalaninya.

Payung memag tidak bisa untuk menghentikan hujan, tapi dengan payung kita bisa berjalan di tengah hujan, sabar memang tidak bisa menghentikan cobaan, tapi dengan kesabaran bisa memberikan kita kekuatan untuk menghadapi cobaan.

Biarlah Allah yang menetapkan hidup kita, karena Allah lebih tahu yang tepat dan yang terbaik bagi kita, ketika usaha kita dinilai tidak penting, maka saat itu kita sedang belajar tentang keikhlasan, ketika hati kita sedang terluka sangat dalam, maka saat itu kita sedang belajar tentang memaafkan.

Ramadan juga mengajarkan kita untuk bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, dan nabi bersabda:
“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia lainnya”

Dan untuk menjadi orang yang bermanfaat tersebut, tak perlu dengan menjatuhkan, menyingkirkan atau menjelekkan orang lain, tapi cukup dengan melakukan kebaikan secara terus menerus, dan biarkan waktu yang akan membuktikan kualitas diri kita. Sebab, permata akan tetap bersinar meskipun terpendam di dalam lumpur yang gelap dan pekat, dan sesungguhnya hidup kita di dunia ini, bukanlah perlombaan tentang siapa yang terbaik, tetapi siapa yang mau berbuat baik.

Kita harus yakin, bahwa hidup di dunia ini tak ubahnya seperti roda, adakalanya kita berada di atas dan ada saatnya kita berada di bawah, tidak selamanya kita berada di puncak, dan ada saatnya kita berada di bawah, terpuruk dan terjatuh, maka ketika kita terpuruk dan terjatuh itu, janganlah kita berputus asa, karena boleh jadi itulah teguran Allah buat kita, karena dulu mungkin ketika kita di atas kita merasa sombong, dan boleh jadi juga, inilah cara Allah untuk mengajarkan kita, agar kita tahu, siapa di antara teman-teman kita yang mau mengulurkan tangan ketika kita jatuh tersebut dan siapa di antara mereka yang bertepuk tangan.

Ramadan juga mengajarkan kita untuk senantiasa berbagi, puasa tidak hanya mengajarkan kita untuk merasakan penderitaan saudara-saudara kita yang miskin, yang senantiasa kelaparan, hidup dalam kesusahan, tapi juga mengajarkan kepada kita, untuk senantiasa memberi, apakah itu melalui berinfak, bersedekah, mengeluarkan zakat fithrah, maupun zakat harta, puasa mengajarkan kita, bahwa dengan merasakan penderitaan saudara kita,  dengan memberikan infak sedekah dan zakat kita, kita akan menyaksikan dan merasakan kebahagiaan bathin, yang tidak semua orang yang bisa menyaksikan dan merasakan kebahagiaan itu.

Ketika kita memberikan kebahagiaan kepada orang lain, maka kita akan mendapatkan kebahagiaan bagi diri kita  sendiri. Dan semakin banyak kita memberi, maka akan semakin banyak kebahagiaan yang akan kita dapatkan, dan kita tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya bahagia, ketika kita tidak pernah membahagiakan orang lain.

Bahagia atau tidaknya hidup seseorang bukanlah ditentukan oleh seberapa banyak kekayaannya, seberapa tinggi kekuasaannya, seberapa cantik atau tampannya, seberapa tenarnya, seberapa sehatnya atau seberapa sukses hidupnya, tapi  kebahagiaan seseorang itu ditentukan oleh  seberapa besar hatinya bisa menerima semua ketentuan yang telah ditetapkan  oleh Allah, dan mau berbagi rezeki yang telah diberikan oleh Allah kepadanya untuk orang- orang yang membutuhkan.

            Harta itu bukanlah jaminan kebahagiaan di dunia, apalagi di akhirat, harta itu cuma untuk kesenangan bukan untuk kebahagiaan, kalaulah kebahagiaan itu Allah letakkan pada harta, maka di dunia ini yang bisa bahagia hanyalah orang kaya saja, kenapa? karena orang kaya akan membeli kebahagiaan itu, dan bagi yang miskin akan sulit untuk mendapatkannya, karena sudah diborong oleh orang-orang yang kaya.

.           Kalaulah Allah letakkan kebahagiaan itu pada rumah mewah dan mobil mewah, maka yang bisa bahagia itu hanyalah para pejabat dan pengusaha saja, kenapa? Karena yang punya rumah mewah dan mobil mewah itu kebanyakan adalah para pejabat dan pengusaha.

Kalaulah kebahagiaan itu ada di suatu tempat, maka pastilah akan ada belahan bumi ini yang kosong, karena semua orang akan pergi ke sana, tapi ternyata tidak, Allah letakkan kebahagiaan itu di dalam hati manusia, di dalam hati orang-orang yang selalu dipenuhi rasa syukur dan sabar terhadap setiap ketetapanNya.

            Dengan harta, kita mungkin bisa membangun rumah sakit, tapi tidak akan pernah bisa membeli kesehatan, dengan harta, kita mungkin bisa membangun madrasah dan masjid, tapi tidak akan bisa membeli ilmu dan iman, dengan harta, kita mungkin bisa membeli jam tangan yang mahal, tapi tidak akan pernah bisa membeli waktu, dengan harta juga, kita mungkin bisa membayar pengawal untuk melindungi kita, tapi tidak akan pernah bisa membeli keselamatan, dan dengan harta mungkin kita bisa membeli kesenangan, tapi tidak akan pernah bisa membeli kebahagiaan.

Ramadan telah berlalu meninggalkan kita semua, selamat jalan wahai Ramadan, bersama kepergianmu kami titip segunung harapan dan seuntai doa, semoga Allah berkenan mempertemukan kami semua denganmu wahai Ramadan di tahun yang akan datang. Aamiin, yaa Robbal ‘aalamiin.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Tentang Penulis


Sukri, Lahir di Kelurahan Rimba Melintang, Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau, dari pasangan Bapak H. Syamsul Kamar (H.KH. Ma'shum) dan Ibu Dahniar (almarhumah), pada hari Jum'at 16 Desember 1977. Menempuh pendidikan di SDN 020 Rimba Melintang, MTsS Hubbul Wathan Duri, MAS Hubbul Wathan Duri, dan IAIN SUSQA Pekan Baru (sekarang UIN SUSQA), Jurusan Pendidikan Bahasa Arab.

Tahun 1997 mendapatkan kesempatan mengikuti pelatihan Da’i Muda Tingkat Nasional, Tahun 2002, sempat bekerja di Lembaga Amil Zakat Dana Amanah Batam. Tahun 2005 lulus  PNS dan ditempatkan di MTsN Ujung Tanjung (sekarang MTsN 1 Rokan Hilir), tahun 2009 mendapatkan beasiswa dari kementerian Agama Pusat untuk melanjutkan S2 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Jawa Timur, Jurusan Pendidikan Bahasa Arab, Setelah selesai tahun 2011, kembali mengajar di MTsN 1 Rokan Hilir sampai sekarang. Di samping mengajar juga aktif mengisi pengajian, mengisi ceramah pada hari-hari besar Islam. Bagi yang ingin berkorespondensi bisa menghubungi nomor HP / WA: 085231566955.

Buku-buku yang telah ditulis antara lain: "Kalaulah Sempat" (2019), "Merangkai Kata Menjadi Makna" (Antologi Tulisan Guru-Guru MTsN 1 Rokan Hilir)  (2020), dan buku "Para Manusia Langit" (Belajar nilai-nilai kehidupan dari para manusia hebat) (2021), 12 khutbah jum’at pilihan (1) 2022.

Post a Comment for "Pelajaran dari Madrasah Ramadan (Hikmah Ramadan)"