Cegah Bullying dengan Pendekatan Emosional

 

Cegah Bullying dengan Pendekatan Emosional

Reddy Widiyanto

 


Bullying dapat terjadi di mana saja. Termasuk di sekolah. Untuk menggambarkan tentang tindakan bullying dan penanggulangannya, penulis akan mendeskripsikan melalui contoh tindakan yang mengarah pada perundungan. Sebut saja namanya Wulan. Dia adalah murid Kelas VI di SDN Lembung Timur. Dia hidup di keluarga yang cukup sederhana. Ayahnya bekerja sebagai pengrajin tikar yang bahan dasarnya dari daun pohon siwalan. Sedangkan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga di pusat kota, selepas shubuh ibunya berangkat ke kota tiap hari, dengan jarak kurang lebih 15 km menuju ke tempat bekerja.

Oleh karena seringnya seperti ini bisa dikatakan sangat jarang Wulan berangkat sekolah di dilayani bahkan didampingi oleh ibunya. Hal ini juga menyebabkan masa pertumbuhan Wulan tidak seperti anak-anak pada umumnya. Wulan sejak duduk dibangku kelas rendah anaknya pendiam, bermain sendiri, dan suka menangis jika ada kesalahan sekecil apapun.

Sehingga kebiasaan-kebiasaan yang dimilikinya terbawa hingga ke bangku kelas tinggi. Wulan sebenarnya murid yang umurnya sudah tua dari teman-teman sekelasnya. Umurnya sudah seusia anak SMP kelas 3, umurnya yang lebih tua dari teman kelasnya bukan karena dulu awalnya telat mendaftar tapi sudah tiga kali dia tidak naik kelas. Anaknya tergolong lambat dalam menerima pembelajaran, bahkan hingga duduk dibangku kelas VI ini dia masih belum bisa mengeja kata.

Bahkan tahap mengenal huruf A -  Z saja masih sering lupa. Hal ini disebabkan salah satunya adalah kurang pedulinya orang tua di rumah. Padahal ketika di sekolah hampir tiap hari dia sudah diberikan jam khusus untuk belajar mengenal dan mengeja huruf abjad.

Dengan faktor usia yang lebih tua dari teman-temannya dan kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki Wulan yang tersebut di atas, ketika di sekolah Wulan sering mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan dari teman-teman satu kelas ataupun beda kelas, mulai dari di olok-olok hingga dijauhi temannya.

Oleh karenanya jika sudah diperlakukan demikian tidak jarang Wulan menangis sambil mengamuk benda-benda disekitarnya, bahkan guru-gurunya yang mau “diemin”nyapun tidak pernah dihiraukan. Teman-temannya pun sudah sering juga diberikan teguran dan nasehat bahwa apa yang telah mereka lakukan selama ini adalah tindakan yang tidak terpuji. Jika telah diberikan nasehat sebagian ada yang sudah menyadari dan ada juga yang belum menyadarinya. Ini akan menjadi “PR” bagi guru-guru agar bentuk tindakan seperti ini tidak terjadi lagi di masa-masa yang akan datang.

Kasus di atas dikatakan bullying dan menurut bahasa keren sekarang adalah perundungan yang memiliki arti segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain yang keadaannya lebih lemah, dengan tujuan untuk menyakiti secara fisik ataupun nonfisik terhadap orang lain dan dilakukan secara terus menerus.

Bullying dapat membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik maupun mental anak. Pada kasus yang berat, bullying dapat menjadi pemicu tindakan yang fatal seperti bunuh diri dan sebagainya.

Alasan di balik kasus bullying cukup marak terjadi pada usia remaja. Seperti kurangnya kemampuan dalam mengontrol perilaku. Ketidakmampuan mengelola emosi hingga akhirnya memicu hasrat untuk balas dendam demi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan. Bagi pelaku dampaknya bisa sampai pada kriminalitas.

Bullying bisa terjadi di sekolah, tempat kerja maupun lingkungan tempat tinggal. Bullying terjadi karena korban kurang berani untuk mengadukan pada pihak terkait sehingga memunculkan kejadian tidak mengenakkan berulang ulang.

Bentuk-Bentuk Bullying :

1.      Pelecehan Verbal, biasanya berupa cacian dan umpatan kebencian.

2.      Pelecehan Fisik, berupa tindakan kekerasan seperti pukulan, tendangan, dan tamparan

3.      Pelecehan Sosial, merupakan tindakan bulllying  yang dilakukan sekelompok orang kepada orang lain. Contoh  dari pelecehan sosial menyebarkan gosip atau berita tidak benar tentang seseorang atau mempermalukan orang lain di depan umum.

4.      Pelecehan Emosional, berupa tindakan pelecehan dengan cara mengkritik, menyalahkan, atau mempermalukan seseorang di depan umum

5.      Pelecehan Seksual, berupa perbuatan pelecehan, merendahkan, hinaan yang menyerang bagian sensitif badan seseorang

6.      Cyberbullying, berupa cacian, pelecehan, hinaan melalui media digital atau media sosial

Faktor-faktor penyebab terjadinya perilaku bullying di sekolah antara lain :

1.      Faktor Kepribadian, disebabkan karena dirinya tidak mampu mengontrol emosinya, sehingga dilampiaskan kepada orang lain.

2.      Komunikasi interpersonal anak dengan orang tuanya (pola asuh), disebabkan karena kurangnya pola asuh atau pendidikan yang baik di lingkungan keluarga. Peran serta orang tua untuk berperilaku yang baik sangat menentukan seseorang di dalam anggota keluarga khususnya dalam hal ini adalah anak.

3.      Peran kelompok teman sebaya dan iklim sekolah, disebabkan karena teman dilingkungan sekolah mendukung dengan terjadinya perundungan, termasuk diantaranya juga lemahnya pengawasan dari pihak sekolah (guru) itu sendiri mengenai pencegahan terhadap perundungan.

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya bullying di sekolah, di antaranya :

1.      Waspada, dengan meminta guru di sekolah lebih waspada terhadap tanda-tanda praktik bullying. Kewaspadaan pada setiap elemen yang ada di lingkungan sekolah akan meminimalisir terjadinya bullying di sekolah.

2.      Peduli dengan murid saat ada indikasi siswa melakukan intimidaasi pada siswa lainnya, maka guru harus merespon atau menindak lanjuti agar tidak terulang kejadian bullying.

3.      Jeli dan peka terhadap perilaku menyimpang anak yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas juga merupakan salah satu cara mencegah terjadinya bullying.

4.      Menciptakan ruang kelas yang aman. Apabila siswa / peserta didik sudah merasa nyaman dan menyenangkan di kelas, maka kecil kemungkinan bullying bisa dilakukan oleh kelompok tertentu yang ada di dalam kelas / sekolah.

5.      Aktif melibatkan orang tua. Peran orang tua juga sangat berpengaruh dalam mencegah terjadinya bullying.

Dalam kasus di atas pihak sekolah mengambil tindakan dengan meningkatkan kegiatan-kegiatan sekolah (intra) dan rasa kepedulian terhadap murid dengan pendekatan secara emosional dengan cara sering mengajaknya berkomunikasi terutama dikala jam istirahat. Topik pembicaraan bisa berkaitan dengan pelajaran sekolah atau hal lain yang bersifat umum, kemudian lambat laun topik tentang perundungan dapat diselipkan dalam pembicaraan tersebut. Sehingga dengan pendekatan seperti ini murid akan memahami bahwa tindakan perundungan tidak boleh terjadi di lingkungan manapun, baik di keluarga, sekolah, dan masyarakat karena dapat menyebabkan kerugian fisik maupun nonfisik pada pelaku terlebih lagi pada korbannya.

Disamping itu juga dalam setiap pertemuan rutin antara sekolah dengan walimurid perlu disampaikan pemahaman tentang perundungan. Karena saat ini tidak sedikit pula perundungan terjadi di lingkungan keluarga yang pelakunya adalah orang tua itu sendiri. Oleh karenanya seorang anak yang mengalami perundungan di lingkungan keluarga akan terbawa pengaruhnya ke luar lingkungan keluarga yaitu di sekolah dan masyarakat.                     Dengan cara pendekatan emosional dan penyampaian pemahaman di atas dapat dipastikan perundungan dapat dibendung dan rasa kenyamanan berada ditempat manapun akan dapat tercipta lagi.

Jadi kesimpulannya, bullying merupakan tindakan yang disengaja maupun tidak disengaja tetapi dengan jelas dapat menyebabkan timbulnya ketidaknyamanan, penghinaan, kerugian, kejahatan dan penderitaan, sehingga hal ini dapat menyebabkan lingkungan sekolah tidak menjadikan tempat yang menyenangkan bagi si korban. Dimana korban sama sekali tidak menginginkan perlakuan tersebut.

Perundungan atau bullying tidak hanya sebatas gangguan secara fisik, tetapi juga mental atau emosional. Oleh karena itu banyak pihak seperti orang tua, guru atau masyarakat luas harus memahami bullying. Hal ini bertujuan supaya tindakan perundungan atau bullying dapat dihindari.

(dibaca dari berbagai sumber bacaan)

 

 

 

 

 

 

 

Profil Penulis

 

Reddy merupakan panggilan akrab saat ini dari nama lengkap Reddy Widiyanto, putra ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Moh. Subki dan Ibu Sumarwiyah. Widi sapaan nama kecilnya dilahirkan di desa Lenteng Timur Kecamatan Lenteng Sumenep pada hari Senin tanggal 5 April 1982.

Ia adalah alumni “Kampus Selamat Pagi” yaitu Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Pernah mengajar di Pulau Sapeken selama kurang lebih 9 tahun. Saat ini mengajar di SDN Lembung Timur.

Ia adalah sekretaris KKG Gugus 03 Kecamatan Lenteng.

Email: eyangwidi75@gmail.com

Post a Comment for "Cegah Bullying dengan Pendekatan Emosional"