Perundungan VS Bahagia dan Percaya Diri

 Perundungan VS Bahagia dan Percaya Diri

Amilia Rahma Sania


`Semua anak di dunia mempunyai hak yang sama’. Sebagai bagian dari hak asasi manusia yang tertulis dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi PBB tentang Hak Anak. Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi untuk dilindungi dari kekerasan dan diskriminasi, serta memiliki hak sipil dan kebebasan. Begitu jelas dan tegas UU tentang anak, akan tetapi perundungan tetap terjadi. Perundungan berasal dari kata (bahasa Inggris), sedangkan bully dalam bahasa Indonesia berarti “penggertak”, Ken Rigby mendefinisikannya sebagai “suatu hasrat untuk menyakiti”. Segala aturan dan perundangan sebanyak apapun tak akan banyak berpengaruh besar jika hanya sebagai wacana dan narasi tanpa teknis pelaksanaan dalam realita sehari-hari. Harus ada usaha bersama untuk saling mengawasi dan menjaga agar semua aturan itu berjalan maksimal.


Pemahaman akan masalah perundungan tak dapat lepas dari pelaku atau korbannya, sebelum mengetahui cara untuk mencegah perundungan, perlu diketahui siapa saja yang menjadi pelakunya. Hal ini disebabkan perundungan itu bagai benang kusut yang tak ada ujung pangkalnya. Pelaku terkadang juga adalah korban perundungan. Ada empat kategori perilaku, yaitu:


Bullies (Pelaku Perundungan) merupakan seseorang yang secara fisik atau emosional melukai orang lain secara berulang. Menurut Stephenson dan Smith, karakter mereka antara lain: percaya diri, secara fisik kuat, agresif, merasa terkenal, menyukai kekerasan, impulsif, dan tak mampu berempati.


Victim (Korban Perundungan)


Seseorang yang lemah baik fisik atau mental. Suka menyendiri dan kurang bahagia di lingkungannya, pemalu dan sensitif, dan hati-hati. Kategori lain korban perundungan yaitu anak-anak yang dianggap berbeda dari anak-anak yang biasanya baik penampilan fisik atau mental.


Bully Victim


Bully victim merupakan pihak yang terlibat di dalam perundungan, tetapi dirinya juga menjadi korban perilaku tersebut. Bully victim juga dilaporkan mengalami peningkatan simptom depresi, merasa kesepian, dan cenderung merasa sedih dibandingkan orang lain. Memiliki karakter hampir sama dengan bullies.


Neutral merupakan pihak yang tidak terlibat berperan perilaku perundungan.


            Pelaku perundungan mereka merasa segan untuk mengganggu anak yang  berkarakter; Anak yang berprestasi, anak yang suka berteman, anak yang bahagia dan percaya diri, anak yang sabar tak mudah terpancing untuk melawan, anak yang pemberani, anak yang terbuka sehingga pelaku merasa khawatir akan dilaporkan kepada polisi.


            Begitu pentingnya kepercayaan diri dan rasa bahagia pada diri anak sehingga ini bisa memutuskan mata rantai perundungan pada dirinya. Cara sederhana agar anak dapat percaya diri dan bahagia serta bersyukur dengan dirinya sendiri, ada banyak cara. Sebenarnya merasa tidak percaya diri pada beberapa hal adalah wajar dialami semua orang. Namun, sebaiknya tidak berkelanjutan karena akan menyebabkan kehilangan kesempatan untuk menyalurkan potensi-potensi yang ada dalam diri. Tentunya ini bukan hal yang baik untuk kesehatan mental.


Tip Meningkatkan Percaya Diri:


Orang tua atau guru menjadi teman curhat berbagi perasaan, jika anak merasa ada teman berbagi hati, biasanya dia akan lebih terbuka dan bahagia.


Guru dan orang tua memahami bahwa setiap individu mempunyai kelebihan dan kelemahan, sehingga tidak memaksa anak-anak untuk berkembang sesuai dengan keinginan orang dewasa, tetapi mereka didorong untuk menemukan kelebihan dan passionnya sendiri.


 Jangan hanya berharap dari dan guru saja. Sekolah tak akan mampu sendirian meningkatkan rasa percaya diri anak, karena sekolah bukan laundry yang mampu mengubah segala hal pada anak dengan seketika bersih bagai sulap, seperti halnya cucian kotor. Butuh kerjasama dari orang tua dan juga lingkungan sekitar.


Selalu berpikir positif. Hendaknya semua pihak mengingatkannya agar mampu mengatakan, “Saya bisa belajar dan melakukan ini jika saya mau.”


Membantu mengingatkan anak bahwa tidak ada orang yang benar-benar sempurna. Anak hanya perlu memperbaikinya dan belajar untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut. Fokus pada kelebihan dan mengembangkan kemampuan itu, sering menghargai dan memuji anak atas upaya dan keberhasilan yang telah digapai. Belajar bersyukur dalam segala hal.


Membangun rasa percaya diri, butuh proses. Cara untuk meningkatkannya dengan banyak menghabiskan waktu luang dengan kegiatan yang disukai. Jika memungkinkan, untuk mempelajari keterampilan baru atau hobi baru yang sebelumnya ingin dilakukan anak. Orang tua dan guru harus percaya pada pilihan hidup anak untuk berkembang sesuai keinginannya, tidak memaksakan kehendak sesuai frame pendapat umum yang berlaku.


Selalu ulang kalimat positif.


”Aku mampu! Aku bisa! Aku bahagia! Ini hidupku! Kalian tak boleh merusaknya!”


Selain menimbulkan rasa bahagia, aktivitas baru juga bisa membuat anak menguasai skill baru. Dengan begitu, bisa fokus pada hal yang lebih positif daripada selalu bergelut dengan kekurangan. Secara otomatis, anak akan merasa lebih percaya diri, dan tentunya bahagia. Anak juga diharapkan tak membandingkan kemampuannya dengan anak yang lain. Mulai menjalin pertemanan dengan anak yang bermindset positif, menerapkan pola hidup sehat dan bergaul dalam lingkungan yang sehat.


            Guru dan orang tua sebanyak mungkin sering berinteraksi secara harmonis dan menjadi sahabat anak, sehingga bisa mencegah bila ada gejala perundungan yang akan terjadi. Jika pencegahan dari dalam diri anak, yaitu rasa percaya diri dan bahagia sudah melekat menjadi pribadi, maka interaksi yang harmonis antara anak, guru dan keluarga akan menjadi benteng kuat menolak terjadinya perundungan. Sehingga tidak menjadi benang kusut tak menemukan jalan keluar yang solutif. Memutus tali perundungan dengan meningkatkan rasa bahagia sebagai individu yang merdeka dalam hidupnya.


Profil Penulis


Amilia Rahma Sania biasa dipanggil dengan Mila, sekarang mengabdikan ilmu di SMPN 2 Sumenep.


Menjadi Guru Bahagia adalah buku pertama yang dicetak sebagai buku kisah perjalanan mengajar lebih dari satu dekade, menyusul kemudian beberapa novel offline seperti Sekeping Hati Wonder Women atau novel online yang bekerjasama dengan beberapa platform seperti Ceriaca, Novelme dan lain sebagainya. Penulis yang suka sekali mendongeng, puisi dan berkhayal.


Sebagai ibu dua orang anak laki-laki, masih sempat berburu buku untuk memuaskan hobi membaca yang mendarah daging. Suka mencari ilmu dan mengembangkannya.


Essay ini dipersembahkan untuk semua insan di manapun berada agar mencintai semua makhluk Allah dan tak suka menyakiti. Alamat di Jalan Raya Gapura no 19 Paberasan Sumenep. No WA 085232718918 E-mail: milarahma78@gmail.com /amiliasania31@guru.smp.belajar.id

Post a Comment for " Perundungan VS Bahagia dan Percaya Diri"