Contoh Penelitian Tindakan Kelas


BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia, sebagai Negara bahari tidak terlepas dari kedudukannya yang terbentuk melalui hubungan antar pulau dari sabang sampai merauke. Dan telah kita ketahui betapa melimpah ruah kekayaan yang terkandung atau yang dimiliki setiap wilayah kepulauan tersebut. Kekayaan alam yang besar, kekayaan budaya yang majemuk dan karakteristik masyarakat yang berbeda menjadi modal utama dalam mengembangkan segenap potensi diberbagai bidang yang dimiliki oleh wilayah tersebut, tidak terkecuali bidang pendidikan yang menjadi kunci utama pembentukan SDM yang memadai.
Giligenting merupakan salah satu dari beribu pulau di Negara kita yang memiliki banyak kelebihan, misalnya: kekayaan dari sumber laut, sumur minyak di pantai dan lain-lain. Kondisi masyarakat yang majemuk dan ekonomi masyarakat yang rata-rata kurang sejahtera serta mata pencaharian masyarakat yang cenderung banyak melaut menjadi factor bagi sebagian besar masyarakat dipulau ini untuk bekerja ke luar daerah (umumnya bekerja di Jakarta). Kondisi demikian akan mempengaruhi tingkat pendidikan anak usia sekolah yang banyak ditinggal oleh orang tuanya (yang seharusnya selalu dalam pengawasan orang tua selama di rumah) merantau membuat anak semakin malas belajar dirumah, suka bermain dan mengabaikan tugas-tugas sekolah. Karena mereka hanya tinggal bersama kakek-neneknya yang juga relative berpendidikan rendah. Anak dalam kondisi yang demikian akan sangat berpengaruh dalam peningkatan kemampuan belajarnya di sekolah. Terutama pada mata pelajaran eksakta (matematika) yang merupakan monster bagi sebagian besar anak didik. Karena matematika merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan sangat kompleks dengan pembelajaran berhitung.
Setiap anak diupayakan dapat belajar matematika dengan baik karena matematika merupakan bidang studi yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, karena secara realitas banyak kegiatan sehari-hari yang menerapkan konsep perhitungan matematis. Misalnya  dengan permasalahan sehari-hari seperti jual-beli, pengukuran, pengolaan data, semuanya memerlukan pendekatan matematika. Dalam hal ini matematika dapat menjadi alat bantu melalui konsep-konsepnya. Sehingga didapat hasil yang tepat yang merupakan jawaban dari semua permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Matematika tidak berdiri sendiri melainkan terkait erat dengan bidang ilmu yang lain seperti astrologi, ekonomi, fisika, genetik, kedokteran, kimia, tehnik, dan sebagainya (Mulyasa, 2002:3).
Tidak dapat dipiungkiri bahwa eksistensi matematika adalah sangat penting utnuk dikuasai, tetapi pada umumnya siswa masih berpendapat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dan menakutkan yang selalu saja menjadi monster bagi para siswa, sehingga tidak sedikit siswa yang gagal dalam mata pelajaran ini untuk mendapat nilai yang baik dalam setiap evaluasi (dilihat dari ulangan harian dan tugas-tugas mandiri). Ketika pada saat kenaikan kelas tiba, banyak nilai raport siswa yang kurang memuaskan, khususnya pada bidang studi matematika yang tergolong rendah ( Darmojo, 1987 : 7 ). Matematika bukan hanya mencakup teori menghitung saja, tetapi juga menjadi bahasa inti bagi semua perumusan teori yang melandasi berbagai bidang disiplin ilmu. Seperti yang di paparkan oleh Suharta (2007) bahwa “Rendahnya prestasi siswa ini disebabkan oleh faktor siswa, yaitu yang mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial dalam matematika”.
Sebuah studi intensif yang dilakukan oleh Direktorat Dikdasmen (1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika selama ini cenderung text book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sebagian guru hanya mengandalkan tugas–catat-kerjakan kepada kepada siswa. Sehingga siswa hanya mengetahui matematika berdasarkan membaca-mencatat dan mengerjakan tanpa melalui proses pemecahan masalah kontekstual dengan kondisi realitas. Akibatnya adalah sebagian dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah, mereka juga sangat butuh untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja (kondisi nyata) dan masyarakat pada umumnya di mana mereka akan hidup dan bekerja.
Pada umumnya guru kurang variatif dalam menyampaikan materi, bahkan cenderung memakai cara konvensional yang ditandai dengan pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Akibatnya, siswa kehilangan kreatifitasnya dalam mengembangkan ide-ide yang berkaitan dengan pembelajaran matematika saat ini. Terlebih lagi guru dalam pembelajaran matematika di kelas tidak mengaitkan materi yang akan dibahas dengan masalah-masalah yang sering dijumpai siswa dalm kehidupanya sehari-hari sehingga pembelajaran matematika menjadi kurang bermakna (Suharta, 2007). Hal ini sejalan dengan pemikiran Van den Heuvel – Panhuizen (2000) yang menyatakan bahwa  “Bila anak belajar matematika terpisah dengan pengalaman mereka sehari-hari anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika “.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat untuk mengaplikasikan konsep. Padahal, peranan dunia nyata atau masalah-masalah realistik disini sangatlah penting, yaitu tidak hanya sebagai tempat mengaplikasi konsep tetapi sekaligus berperan sebagai sumber atau titik awal pembelajaran matematika sehingga dapat membantu siswa mengembangkan pengertian terhadap konsep matematika yang sedang dipelajari. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada dunia nyata atau pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah Pembelajaran Matematika Realistik (Realistic Mathematic Education). Dalam pandangan Pembelajaran Matematika Realistik, pengembangan suatu konsep matematika dimulai oleh siswa secara mandiri berupa kegiatan eksplorasi sehingga memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan imajinasi dan kreatifitasnya yang berkaitan dengan matematika. Peran guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator yang bersifat meluruskan arah pemikiran siswa, Jika ada pemikiran siswa yang keluar (menyimpang) dari materi pelajaran. Dengan demikian, karena siswa diberi keleluasaan dalam berkreasi dan mengkonstruksi pemahaman dan pengalamannya sendiri tentang suatu hal dalam matematika, pada akhirnya pembelajaran matematika dengan pendekatan Realistik akan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi terhadap pembentukan pengertian siswa tentang suatu konsep matematika.
Poerwanti (2002:4) memaparkan bahwa keberhasilan proses pembelajaran ditandai dengan terjadinya perubahan sikap dan perilaku serta peningkatan status pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Lebih lanjut Poerwanti (2002:7) menyebutkan secara rinci tugas guru adalah ; (1) menularkan berbagai pengetahuan dan kebudayaan kepada anak (bersifat kognitif),(2) melatih keterampilan-keterampilan fisik yang bermanfaat dalam kehidupan anak (psikomotor), dan (3) menanamkan nilai dan keyakinan serta kedisiplinan dan berbagai hal yang menyangkut fungsi afektif.
Merujuk pada pandangan para ahli tersebut di atas dapat dilihat bahwa selain aspek kognitif, juga ada aspek lain yang perlu dikembangkan dari dalam diri siswa yaitu keterampilan fisik (psikomotorik) dan aspek nilai-nilai atau sikap (afektif). Pada mata pelajaran matematika, aspek psikomotorik dan aspek afektif siswa dapat dikembangkan apabila seorang guru menggunakan metode mengajar yang tepat. Metode mengajar yang digunakan harus dapat merangsang siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang digunakan adalah dengan pendekatan Realistik. Pembelajaran dengan pendekatan Realistik merupakan pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata (kondisi realistic) sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Melihat beberapa temuan terhadap kondisi belajar siswa kelas III-B di tempat penulis mengajar dan erat kaitanya antara pemilihan metode pembelajaran dengan keberhasilan belajar siswa maka penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas III-B melalui Penerapan Metode Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Pokok Pengukuran di SDN Aenganyar I Giligenting Semesteri  I Tahun Pelajaran 2009/ 2010”

B.     Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai panelitian ini, maka penelitian ini di batasi pada masalah-masalah berikut ini :
(1)     Pendekatan Realistik merupakan pendekatan pembelajaran matematika dimana pemerolehan materi di kembangkan dari situasi dan pengalaman nyata siswa yang disesuaikan dengan kondisi siswa kelas III-B SDN Aenganyar I Giligenting.
(2)     Pada penelitian ini hasil belajar siswa merupakan prestasi belajar setelah peneliti menerapkan konsep dan metode Pembelajaran Matematika Realistik.
(3)     Materi yang akan diteliti adalah materi pokok Pengukuran pada siswa kelas III-B SDN Aenganyar I Giigenting semester ganjil Tahun pelajaran 2009/ 2010
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Apakah dengan penerapan metode Pembelajaran Matematika Realistik pada materi pokok Pengukuran dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III-B SDN Aenganyar I Giligenting Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2009/ 2010?
D.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Pembelajaran Matematika Realistik pada materi pokok Pengukuran terhadap peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas III-B SDN Aenganyar I Giligenting Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2009/ 2010?
E.     Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memenuhi beberapa kepentingan dengan mengambil manfaat sebagai berikut :
(1)       Bagi Siswa
a.       Siswa dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan belajar matematika baik secara konsep maupun terapan melalui pendekatan realistik sehingga siswa bisa memperoleh prestasi belajar yang memuaskan dengan mengembangkan pengalaman pada situasi yang nyata.
b.      Melatih siswa supaya bisa mengembangkan sendiri pengetahuan yang berhubungan dengan konsep matematika serta bisa mengaplikasikanya dengan dunia nyata.
(2)       Bagi Guru
a.       Sebagai input untuk memilih dan menerapkan metode yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran matematika utamanya pada materi pokok Pengukuran.
b.      Sebagai kekayaan pengetahuan dan referensi dalam memahami konsep-konsep Pembelajaran Matematika Realistik sehingga dapat diterapkan secara lebih efektif dalam proses belajar mengajar.
(3)       Bagi Lembaga
a.       Sebagai input untuk dapat menerapkan konsep Pembelajran Matematika Realistik dikelas-kelas yang lain.
b.      Sebagai kekayaan inovasi pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
(4)       Bagi Peneliti
a.       Sebagai pengalaman yang berharga untuk menambah pangetahuan khususnya dalam bidang penelitian tindakan kelas.
b.      Untuk meningkatkan kemampuan menulis dan menyusun karya ilmiah, juga menambah keterampilan dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Konsep Tentang Matematika
Dalam ilmu pendidikan istilah matematika telah dikenal sejak berabad-abad yang silam. Bahkan di setiap negara di dunia ini telah menempatkn matematika sebagai bahan pelajaran yang wajib bagi setiap lembaga satuan pendidikan dari semua jenjang pendidikan untuk dipelajari. Sebagian orang mencoba menjelaskan tentang arti dari matematika secara kompleks , namun penjelasannya selalu tidak meliputi semua aspek yang termuat dalam matematika. Dalam strategi  belajar dan pembelajaran matematika, james and james menyatakan  bahwa matematika terdiri dari empat wawasan luas yaitu : aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis. Selain itu, matematika sering disebut ratunya ilmu, bahasa simbol, ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan ilmu tentang struktur. Sebagai ilmu tentang struktur karena matematika tersusun atas unsur yang dimulai dari yang tidak terdefinisikan ke unsur yang terdefinisikan kemudian ke aksioma atau postulat dan akhirnya  ke dalil-dalil (Rusffendi, 1988:261).
Menurut Hudoyo  (1990:3) “Matematika adalah berkenaan dengan ide-ide, gagasan-gagasan, struktur-struktur, dan hubungan yang diatur secara logis, atau dapat dikatakan matematika adalah sebuah konsep yang tersusun secara hirarkis dengan penalaran deduktif “.
Sedangkan Dajono (dalam Widodo, 2002:2) bahwa  matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang bilangan dan ruang. Soejadi (dalam Widodo, 2002:2) menyatakan bahwa (1) matematika memiliki kajian yang abstrak,(2) matematika mendasarkan diri dalam kesepakatan, (3) matematika menggunakan sepenuhnya pola pikir deduktif, dan (4) matematika dijiwai dengan kebenaran konsisten. Dari pendapat para ahli matematika diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang objek yang abstrak/ tidak nyata.
2.      Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi (ilmu hitung).
3.      Matematika adalah sebuah konsep yang tersusun secara hirarkis dengan penalaran   deduktif.
4.      Matematika  berdasarkan kepada kesepakatan-kesepakatan dan dijiwai kebenaran yang konsisten.
5.      Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang kaya dengan bahasa simbol, ilmu tentang pola keteraturan, dan ilmu tentang struktur
B.     Pembelajaran Matematika
1. Pengetian Belajar Matematika

C.    Metode Pembelajaran Matematika Realistik
1.    Pengertian

E.     Contoh Penerapan Pembelajaran Realistik pada Materi Pokok Pengukuran
Berikut ini langkah-langkah penerapan pembelajaran matematika realistik pada Materi Pokok materi Pengukuran
      Materi pokok                  : Pengukuran
      Kelas / Semester             : III / I
      Waktu                            : 3 x 35 Menit
      I.    Kompetensi dasar
            -     Memilih dan menggunakan alat ukur sesuai dengan fungsinya (meteran, timbangan atau jam)
      II.  Materi                                :  Mengenal satuan ukuran panjang
 III. Alat / Bahan                      :  Buku paket, Lembar Kerja Siswa, meteran/ penggaris.
      IV. Model Pembelajaran         :    Pembelajaran Matematika Realistik
      V.  Kegiatan belajar mengajar
Sebelum pembelajaran dimulai, siswa dikelompokkan kedalam beberapa kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 3 – 4 orang siswa per kelompok.
No
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Alokasi waktu
1.
Pendahuluan
a. Guru memotivasi siswa dengan menunjukkn pentingnya mem-pelajari materi pengukuran yang berkaitan dengan dunia nyata / kehidupan sehari-hari.

b. Guru menyampaikan kompetensi dasar/ SK dan indikator pembe-lajaran yang hendak dicapai serta langkah-langkah kegiatan pembe-lajaran yang akan digunakan.

c.  Guru mengingatkan kembali ten-tang konsep tentang pengukuran satuan panjang dalam kehidupan sehari-hari

Siswa memperhatikan dan men-dengarkan dengan seksama sambil mencatat inti materi yang harus dicapai yang berkaitan dengan dunia nyata.

Siswa memperhatikan dan menga-jukan pertanyaan mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang belum dimengerti.


Siswa memperhatikan dan mema-hami konsep









10 menit
2.
Kegiatan inti
a. Dengan peragaan siswa diminta untuk menunjukkan alat ukur panjang (meteran/ penggaris) dan mempraktekkan proses pengukuran

b. Memberi gambaran tentang cara mengukur benda yang tepat dan benar

c.  Memberikan tugas pengukuran panjang benda-benda dalam kelas.

d. Siswa diberi kesempatan untuk menganalisis sendiri tentang konsep yang dilakukan.

e.  Siswa diminta untuk merumuskan dengan kata-katanya sendiri dan mendiskusikan dengan kelom-poknya tentang hasil praktek pengukuran.

f.  Guru meminta siswa untuk berinteraksi dengan siswa yang lain tentang penerapan konsep yang dilakukan.

g.  Guru meminta siswa untuk mem-bandingkan dan mendiskusikan hasil yang telah dilakukan.

h. Guru meminta menghumpulkan tugas yang diberikan

i.   Mengevaluasi hasil kerja siswa

Siswa memperhatikan dan menun-jukkan alat ukur serta mempraktikkan pengukuran secara nyata


Siswa memperhatikan dan menga-jukan pertanyaan tentang bagaimana mengukur yang benar.

Siswa mengerjakan tugas mengukur benda-benda dalam kelas

Siswa menganalisis konsep yang akan dilakukan, mencatat hasil pengukuran sesuai dengan konsep

Siswa merumuskan dan mendis-kusikan dengan kelompoknya tentang hasil praktik pengukuran panjang



Siswa melakukan interaksi atau tanya jawab dengan siswa lain tentang penerapan konsep yang dilakukan.


Siswa melaksanakan diskusi kelompok.


Siswa mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru

Siswa mengevaluasi hasil kerjanya



















80 menit
3.
Penutup
a. Guru merefleksikan hasil pekerjaan siswa.

b. Guru meminta siswa untuk membuat rangkuman / kesimpulan tentang materi pelajaran yang baru dipelajari dengan menggunakan konsep yang telah dilakukan.

Siswa memperbaiki hasil pekerjaannya

Siswa membuat kesimpulan

15 menit

F.     Hasil  Belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah prestasi belajar/ hasil prestasi berupa perolehan nilai setelah perlakuan metode pembelajaran matematika reaistik ini. Walaupun menurut para ahli pendidikan hasil belajar itu banyak meliputi tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik), namun prestasi belajar cenderung pada perolehan nilai setelah menjalani tes yang diberikan. Prestasi belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar dapat dilihat dalam tiga bentuk yaitu keterampilan, pengetahuan dan sikap atau cita-cita. Prestasi belajar ini dapat digunakan sejauh mana keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan oleh siswa.
Begitu juga yang telah diungkapkan oleh Hudoyo (1990 : 23) bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan yang dimiliki oleh seseorang dalam mencapai tujuan belajar matematika dalam selang waktu tertentu setelah orang tersebut melakukan kegiatan belajar matematika.
Hasil belajar matematika yang dicapai seseorang akan tampak dalam keseluruhan kepribadiannya (menguasai konsep, memahami materi, memiliki skill dan berpikir kritis). Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebaliknya siswa yang gagal dalam belajarnya akan menyimpang dari tujuan itu.
Berhasil atau tidaknya siswa dapat diketahui dengan jalan memberikan tes karena salah satu fungsi tes adalah untuk mengukur hasil belajar siswa. M. Bukhori, seperti yang dikutip Suharsimi Arikunto (1991), memaparkan bahwa tes adalah suatu alat ukur yang diadakan untuk mengetahui ada tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang siswa atau kelompok siswa. Sedangkan Herman Hudoyo mengatakan ”Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai seseorang yang belajar matematika” (1990 : 144). Dan suatu hal yang penting dalam memberikan tes, seorang pengajar tetap berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut W.J.S. Poerwadarminto, prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai. Sumadi Suryadibrata, prestasi adalah hasil pekerjaan atau apa saja yang telah diciptakan atau hasil yang telah diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat adanya pengalaman.
Dari pengertian prestasi dan belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah keberhasilan yang dicapai peserta didik akibat pengalaman dan latihan-latihan yang diperoleh melalui prestasi belajar. Sedangkan dalam penelitian ini hasil belajar dimaksudkan sebagai keberhasilan yang dicapai setelah melaksanakan belajarn dengan metode ini. keberhasilan dapat dilihat dari jumlah ketuntasan individu dan klasikal yang memenuhi standart ketuntasan.
G.    Tinjauan Materi Pokok  Pengukuran
              Materi pokok pengukuran banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia perdagangan, bisnis, dan menentukan sebuah jarak, waktu. Berikut ini adalah ringkasan materi pokok Pengukuran yang diberikan  kepada siswa kelas III-B Sekolah Dasar.
A.    Satuan Waktu
Rounded Rectangle: Mengubah hari  ke jam

4 hari   = …………..jam
1 hari   =  24 jam
4 hari   = (4 X 24) jam
           =  96 jam
Jadi, 4 hari =  96 jam
Rounded Rectangle: Mengubah jam ke hari

48 jam = …………..hari
1 hari   =  24 jam
48 jam = (48 : 24) hari
           =  2 hari
Jadi, 48 jam =  2 hari
Hubungan antara hari dan jam





Rounded Rectangle: 1 tahun   = 12 bulan
1 tahun   = 365 hari
1 tahun   = (365 X 24) jam
             =  8760 jam


Rounded Rectangle: 1 hari   =  24 jam
1 minggu = 7 hari
1 minggu = (7 X 24) jam
               =  168 jam
1 bulan   = 30 hari
             

Hubungan antara jam, hari, bulan dan tahun




B.     Rounded Rectangle:                                     Turun 1 tingkat 
                                     Di kali 10





Naik 1 tingkat
Dibagi 10
Satuan Panjang


 








*      Setiap turun 1 tingkat, besar satuan harus dikali 10
  Contoh: 1 m  = 10 dm
             3 dm = 30 cm
*      Setiap naik 1 tingkat, besar satuan harus dibagi 10
  Contoh : 100 m = 10 dam
               200 cm = 2 m
C.    Rounded Rectangle:                                     Turun 1 tingkat 
                                     Di kali 10





Naik 1 tingkat
Dibagi 10
Satuan Berat


 








*      Setiap turun 1 tingkat, besar satuan harus dikali 10
  Contoh: 1 g  = 10 dg
             3 dg = 30 cg
*      Setiap turun 2 tingkat, besar satuan harus dikali 100
  Contoh : 1 g = 100 cg
             2 g = 200 cg
*      Setiap naik 1 tingkat, besar satuan harus dibagi 10
  Contoh : 100 g = 10 dag
               200 cg = 2 g


























ILUSTRASI MATERI PEMBELAJARAN DALAM BUKU PAKET

 ILUSTRASI MATERI PEMBELAJARAN DALAM BUKU PAKET

































BAB III
METODOLOGI  PENELITIAN

A.     Rancangan Penelitian

a.   Perencanaan Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan temuan atas kurang maksimalnya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dan rendahnya hasil belajar matematika dilihat dari dua kali ulangan harian. Disamping itu penelitian ini juga diupayakan dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mengubah konsepsi awal tentang sulitnya belajar matematika menjadi bagaimana siswa menyukai konsepsi matematika setelah penerapan model pembelajaran dengan metode pembelajaran matematika realistic yang berakar pada situasi yang nyata. Penelitian ini dilaksanakan diawali  dengan permohonan ijin dari Kepala Sekolah SDN Aenganyar I dan pemberitahuan serta arahan dari kepala UPT Pendidikan Kecamatan Giligenting . Kemudian langkah berikutnya peneliti menyampaikan maksud dan tujuan penelitian kepada beberapa teman guru kelas lain, termasuk teman sejawat yang akan dijadikan sebagai observer.
Refleksi awal
Dalam refleksi awal peneliti dengan bantuan teman sejawat mengkaji hal penting yang perlu dilakukan, yaitu:
1). Mengindetifikasi masalah
2). Menganalisis masalah
3). Merumuskan masalah
4). Merumuskan hipotesis tindakan
Disamping itu peneliti juga melanjutkan diskusi dengan teman sejawat (observer) dalam melaksanakan penelitian ini. Hal-hal yang didiskusikan antara lain :
a.       Menentukan subyek penelitian
b.      Menyampaikan dan mendiskusikan model/ metode pembelajaran yang akan diterapkan/ diberlakukan yaitu model/ metode pembelajaran matematika realistic.
c.       Mengidentifikasi hambatan dan kesulitan yang dialami oleh peneliti dalam pembelajaran matematika.
d.      Menentukan hal yang diobservasi dan aspek yang diamati sesuai dengan karakteristik metode pembeljaran matematika realistk.
e.       Menyampaikan dan menentukan variabel bebas/ materi pokok yang akan dijadikan bahan penelitian.
f.       Menetapkan jenis data dan cara pengumpulannya serta cara menganalisisnya.
g.      Menetapkan kriteria keberhasilan dalam pencapaian prestasi belajar.
h.      Merumuskan masalah dan strategi pemecahannya.
i.        Merencanakan tindakan kelas tiap siklus.
j.        Menyusun dan mempersiapkan perangkat pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Alat dan Bahan, sumber belajar dll) yang meliputi 3 (tiga) tahap, yaitu : persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian
b.      Rencana Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini  melalui proses pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran matematika realistik yang terdiri dari 3 siklus penelitian. ( Sanjata, dalam Bunga Rampai : 2007).Dan setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu ;
              i.      Perencanaan Tindakan ( Planning )
            ii.      Pelaksanaan Tindakan ( Acting )
          iii.      Pengamatan Tindakan ( Observing )
          iv.      Refleksi Terhadap Tindakan ( Reflecting ).
Secara operasional prosedur penelitian tindakan kelas adalah seperti tampak pada gambar dibawa ini
Gambar 3.1
Prosedur PTK
 















1)      Siklus  I (Pertama)
Sebelum tindakan dilaksanakan, telah dilakukan refleksi awal sebelum pelaksanaan penelitian yaitu dengan mengidentifikasi permasalahan pembelajaran  matematika, menganalisis permasalahan dan kesulitan yag dihadapi yang sering terjadi di kelas. Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah: bagaimana siswa dapat memahami dari awal tentang matematika yang dhubungkan dengan situasi nyata (riil), bagaimana siswa bisa mengidentifikasi beberapa alat ukur yang dapat dijadikan alat untuk mengukur satuan waktu, bagaimana siswa dapat mencari dan menemukan sendiri konsepsi pengukuran dan mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.. Selanjutnya sesuai dengan refleksi awal tersebut kemudian disusun hal pokok yang ingin dicari solusinya, yaitu memberikan contoh dan cara menggunakan secara nyata alat ukur satuan waktu, alat peraga lain yang menunjang kegiatan pembelajaran , siswa di beri kesempatan berdiskusi atas pertanyaan dan tugas diajukan dan siswa diberi kesempatan mencari solusi dan memecahkan msalah yang dihadapi.
Selanjutnya pada siklus I ini dilaksanakan tindakan selama proses kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai berikut  :
a.)    Melaksanakan  pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran matematika realistik dengan prosedur pembelajaran yang telah ditetapkan.
b.)    Menciptakan kondisi kelas yang kondusif, meningkatkan motivasi belajar siswa dengan memperlihatkan alat ukur satuan waktu (jam/ arloji, kalender bergambar pemandangan) dan lain-lain.
c.)    Mengumpulkan data dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan hasil post tes siswa.
d.)   Menghitung ketuntasan belajar individual dan klasikal serta menginterpretasi data hasil tes tersebut.
e.)    Diberikan tes prestasi dengan jumlah soal 5 butir.
f.)     Observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilkukan oleh peneliti.
Kemudian dari seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan hasil pengamatan dilakukan analisis, pemaknaan (interpretasi data), penjelasan dan penarikan kesimpulan serta refleksi terhadap kegiatan yang baru dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk melihat apakah kegiatan pembelajaran tersebut sudah dapat menerapkan sintakmatik/ prosedur pembelajaran matematika realistik secara baik dan apakah prestasi siswa mengalami peningkatan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Hasil analisis terhadap data yang diperoleh sebagai acuan untuk menyusun rencana pada siklus berikutnya (siklus II).
2)      Siklus  II (kedua)
Pada siklus II ini langkah-langkahnya hampir sama dengan siklus I hanya memperbaiki kegiatan yang direfleksi  dan dinyatakan kurang masimal dilaknakan pada silus sebelumnya (pada siklus I). Pada siklus  II dilaksanakan tindakan yang telah dirancang sebagai berikut :
a).  Materi yang disampaikan adalah kelanjutan materi pada siklus I, yaitu materi pokok pengukuran satuan panjang.
b)   Pada siklus II ini tetap menrapkan metode pembelajaran matematika realistik dengan skenario pembelajaran yang sesuai dengan prosedur metode ini.
c)   Meningkatkan terciptanya kondisi kelas yang lebih kondusif dengan memperlihatkan dan menjelaskan alat peraga secara nyata berupa: meteran, penggaris, benda-benda yang dapat diukur dan lain-lain.
d)   Mengumpulkan data dari hasil pengamatan observer dan hasil tes siswa setelah perlakuan metode ini.
e)   Menghitung ketuntasan belajar individual dan klasikal serta memberikan pemaknaan pada data hasil tes tersebut.
f)  Diberikan tes prestasi dengan jumlah soal 5 butir.
g)   Observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran matematika relistik.
Kemudian dari seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan hasil pengamatan dilakukan analisis, pemaknaan, penjelasan dan penarikan kesimpulan serta refleksi terhadap kegiatan yang baru dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk melihat apakah kegiatan pembelajaran yang telah diselenggarakan telah dapat melaksanakan prosedur pembelajaran matematika realistik secara utuh dan apakah prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Hasil analisis terhadap keseluruhan data yang diperoleh dijadikan sebagai acuan untuk menyusun rencana pada siklus berikutnya (siklus III).
3)      Siklus III (ketiga)
Pada siklus III ini merupakan kelanjutan dari siklus sebelumnya yang langkah-langkahnya hampir sama dengan siklus II, dalam siklus ini hanya memperbaiki kegiatan yang direfleksi pada siklus II. Pada siklus  III dilaksanakan tindakan yang telah dirancang sebagai berikut :
a).  Materi yang disampaikan adalah kelanjutan materi pada siklus II, yaitu materi pokok pengukuran satuan berat.
b)   Memaksimalkan dalam menigkatkan motivasi belajar siswa dengan menunjukkan alat peraga secara nyata yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari berupa: neraca timbangan, timbangan gula/ telur dan lain-lain.
c)   Mengumpulkan data dari hasil pengamatan dan hasil tes yang diajukan pada siswa.
d)   Menghitung ketuntasan belajar individual dan klasikal serta memberikan pemaknaan pada data hasil tes tersebut.
e)  Diberikan tes prestasi dengan jumlah soal 5 butir.
f)   Observer melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang dilaksanakan oeh peneliti dengan menerapkan metode pembelajaran matematika reaistik.
Kemudian dari seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dan hasil pengamatan dilakukan analisis, pemaknaan, penjelasan dan penarikan kesimpulan serta refleksi terhadap kegiatan yang baru dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk melihat apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut benar-benar telah dapat menerapkan konsep matematika realistik secara utuh (menerapkan secara keseluruhan prosedur pembelajaran) dan apakah prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sesuai dengan harapan. Hasil analisis dari seluruh data yang diperoleh dijadikan sebagai acuan perlu tidaknya mengadakan siklus berikutnya atau bahkan sebagai pedoman berhasil atau tidaknya seorang guru menerapkan metode pembelajaran matematika realistik dan meningkatkan hasil belajar siswa.

C.    Setting Penelitian

a.       Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Aenganyar I Giligenting Kabupaten Sumenep. Sekolah ini terletak di ibu kota kecamatan Giligenting, pulau Giligenting.
b.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2009/ 2010 yaitu pada bulan  Nopember – Desember  2009. Hal ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk menghadapi UAS Ganjil pada Januari 2010.
Tabel 3.2
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

No
Kegiatan
Nopember
Desember
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Pemberitahuan kepada









Kepala Sekolah.








2.
Observasi kelas








3.
Koordinasi dengan guru









Teman sejawat








4.
Pelaksanaan Penelitian









Tindakan Kelas








5.
Menganalisa data hasil









Penelitian








6.
Penyusunan laporan hasil









Penelitian Tindakan Kelas









c.       Sujek Penelitian
Oleh karena peneliti adalah sekaligus guru kelas III-B dan sebagai upaya meningkatkan profesionalisme dalam mengajar, memperhatikan kondisi hasil belajar siswa kelas III-B yang kurang maksimal serta berdasarkan masukan dan saran dari beberapa teman sejawat pemerhati pendidikan, maka dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas III-B yang terdiri dari 28 siswa dengan karakteristik pribadi siswa yang cukup heterogen.

D.    Tehnik  Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data sebagai bahan kajian dalam penelitian ini peneliti menyiapkan dan melaksanakan instrumen berupa :
Lembar Pengamatan/ Observasi
Lembar pengamatan ini digunakan untuk memperoleh data aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran pembelajaran berlangsung. Ada beberapa aspek yang dapat dijadikan bahan pengamatan sesuai dengan karakteristik model/ metode pembelajaran matematika realistik. Diantaranya memuat kemampuan guru dalam menyampaikan metode ini dalam proses pembelajaran dan keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Jadi observasi yang diterapkan adalah observasi langsung, yaitu dengan mengamati sendiri perilaku guru dan siswa selama proses pembelajaran serta mencatatnya . Pengamatan dalam penelitian dilakukan teman sejawat peneliti (observer) yang menekankan pada aspek kemampuan guru dalam menyampaikan bahan ajar, mengelola kelas meningkatkan keaktifan siswa, keterampilan menemukan dan memecahkan persoalan dan  kemampuan mengggunakan alat peraga, dan munculnya perilaku-prilaku yang sesuai dengan makna pembelajaran dengan metode pembelajaran matematika relistik.
Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa hasil prestasi belajar setelah mendapat perlakuan penerapan metode pembelajaran matematika relaistik. Bentuk tes yang digunakan adalah tes tulis sebanyak 5 butir soal (setiap siklus) yang mewakili setiap materi pokok yang disampaikan dengan skor minimal 0 (nol) dan skor maksimal 100 (seratus).(soal penelitian terlampir).
  1. Mengukur ketuntasan Belajar
-          Ketuntasan belajar individual dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan rumus standar persen.
Ketuntasan belajar individual tercapai apabila prosentase % ketercapaian > 75 %.
% Ketercapaian dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
% Ketercapaian =
Sumber : Uzer (1997: 96)
-          Ketuntasan belajar Klasikal juga akan diukur dengan menggunakan rumus yang sama.
Ketuntasan Belajar Klasikal tercapai apabila % KBK > 85 %: 
% KBK dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
                        KBK =
Sumber : Uzer (1997: 96)
Catatan         :     KBK adalah ketuntasan belajar klasikal
                           KBK > 85 % mencapai ketuntasan belajar klasikal
                           KBK < 85 % tidak mencapai ketuntasan belajar klasikal
  1. Menentukan nilai rata-rata kelas
Nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus :
   Rata-rata Kelas =

A.    Tehnik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian yang berupa lembar pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Dataa yang berupa kata-kata/ kalimat diolah menjadi kalimat bermakna dan dianalisis secara kualitatif yang mengacu pada model analisis dari Miles dan Huberman (1992) dalam Nurmawati dkk (2000)yang dilaksanakan dalam tiga komponen yang berurutan berupa : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dalam penelitian ini pengolahan data meliputi penyeleksian data dengan uraian singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas.. Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna, interpretasi data dan pemaknaan terhadap konsep yang diterapkan dan penggolongan data.




 

























BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab ini  akan dmatematikaparkan hasil pelaksanaan penelitian pada setiap siklus yang berlangsung dalam proses pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran matematika realistik pada  materi pokok pengukuran. Seperti yang dikemukakan dalam bab sebelumnya seluruh hasil penelitian ini adalah hasil perlakuan metode pembelajaran matematika realistik terhadap  siswa Kelas III-B SDN Aenganyar  I Giligenting Kabupaten Sumenep Tahun Pelajaran 2009/ 2010. Hasil penelitian yang akan didiskripsikan secara berurutan setiap siklus yaitu : Hasil Per Siklus yang meliputi:
(1) tahap perencanaan 
(2) tahap pelaksanaan,
(3) hasil tindakan dan pengamatan, dan
(4) refleksi

1.   Hasil dan Pembahasan Siklus I
a.    Perencanaan Tindakan I
Pada tahap ini peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan I tentang  materi pokok Pengukuran. Dalam mengidentifikasi masalah-masalah pada kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan diskusi dengan tenaga pengajar lain (observer) di SDN Aengaanyar  I. Masalah-masalah yang berhasil diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1.      Siswa belum memahami secara baik tentang pengukuran, bagaimana memilih dan menggunakan alat ukur waktu (jam/ arloji dll).
2.      Suasana kelas dengan siswa berjumlah relatif banyak (28 anak) untuk kelas SD (kelas rendah) kurang kondusif karena dimungkinkan terjadi keramaian saat pembelajaran berlangsung.
3.      Ketuntasan belajar siswa secara individual maupun klasikal seringkali tidak tercapai, setelah melihat dari beberapa kali ulangan harian yang dilaksanakan.
4.      Umumnya siswa belum mengalami belajar dikelas dengan melihat langsung benda nyata sebagai bahan pembelajaran.
Setelah melakukan refleksi awal dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada, peneliti melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran matematika realistik. Diantaranya adalah menyiapkan perangkat pembelajaran (RPP), alat dan bahan pembelajaran ,lembar observasi dan alat tes formatif yang berupa soal penelitian.

b.    Pelaksanaan Tindakan I
Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan menerapkan model/ metode pembelajaran matematika realistik yang disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa kelas III-B SDN Aenganyar  I. Peneliti bertindak sebagai guru pengajar dan observer dilakukan oleh teman sejawat peneliti.
Pada tindakan I ini peneliti menyampaikan materi ajar sesuai dengan konsep metode pembelajaran matematika realistik. Hal dimaksudkan agar siswa memahami dan dapat menkonstruksi kemampuannya dalam memilih dan menggunakan benda nyata/ alat ukur. Kemudian secara lisan guru memberikan pertanyaan awal mengenai pengukuran dan bagaimana cara menggunakannya. Selanjutnya guru membimbing siswa melakukan pengukuran dan mengorganisasikan kedalam kelompok kecil. Dengan diskusi masing masing siswa dapat memahami cara mengukur benda disekitar kelas, mencatat hasil pengukuran dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.. Guru menganalisa dan memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa.

c.                   Hasil Tindakan dan Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan Metode Pembelajaran Matematika Realistik. Pengamatan ini dilakukan oleh observer dan secara objektif melakukan pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung.

a.      Hasil pengamatan
Pada Tindakan I kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah 1. siswa dapat memilih dan menggunakan alat ukur waktu, 2. Mengenal hubungan antar satuan waktu, dengan materi ajar satuan ukuran waktu. Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran pada siklus I (pertama) dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Lembar Pengamatan Metode Pembelajaran Matematika Realistik
SIKLUS 1
NO
KEGIATAN YANG DIAMATI
SIKLUS  KE I
KET
B
C
K
TM
1
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai




2
Guru memotivasi siswa untuk lebih giat belajar





3
Guru memberikan contah benda nyata (alat ukur waktu) dan cara menggunakannya dan menyampaikan bahan ajar dengan memanfaatkan alat peraga tersebut




4
Siswa memperhatikan dengan baik informasi dan mengajukan pertanyaan terhadap guru.




5
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar




6
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk melakukan pengukuran waktu dalam detik,menit dan jam dan mencari hubungan antar satuan waktu




7
Siswa berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas diberikan oleh guru




8
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompok




9
Siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan teman kelompoknya




10
Guru meminta siswa mengungkapkan hasil pengalamannya mencari dan menemukan hubungan antar satuan waktu yang dapat diterapkan dalam kehidupan ehari-hari.




11
Guru menmberikan tes formatif 1 dan memberikan penjelasan cara mengerjakannya.




12
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya




13
Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa dan melakukan  refleksi tentang materi yang telah dipelajari




Jumlah kegiatan yang terjadi
3
5
2
3


Pada tindakan I, dari 13  kegiatan guru dan siswa yang diamati cenderung masih kurang sesuai dengan hasil yang diharapkan, yaitu terdapat 10 kegiatan yang muncul dan 3 kegiatan tidak muncul. Dari  10 kegiatan yang muncul (77 %) dan  3 kegiatan atau 23 % kegiatan guru dan siswa tidak muncul dapat menunjukkan masih adanya beberapa kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode ini pada Tindakan I. Meskipun terdapat 10 kegiatan yang muncul hanya 3 kegiatan (23 %) yang dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu kegiatan guru dalam hal menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyampaikan tes formatif dan mengevaluasi hasil kerja siswa. Kemudian terdapat 5 kegiatan (38 %) cukup terlaksana dengan baik serta 2 kegiatan (15%) sangat kurang nampak dan perlu perbaikan yaitu dalam hal siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok, kegiatan guru membimbing tugas siswa dan kegiatan siswa setelah diminta guru untuk mengungkapkan pengalamannya dari hasil belajar yang baru dilaksanakan.
b.      Hasil Tes
Setelah melaksanakan kegiatan  pada siklus I , siswa diberikan tes formatif (prestasi) untuk mendapatkan gambaran mengenai prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran. Hasil tes prestasi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Daftar Nilai Tes Prestasi dan Ketuntasan Individual Siswa

No.
Responden
Nilai
Keterangan
No.
Responden
Nilai
Keterangan
1
65
Tidak Tuntas
15
65
Tidak Tuntas
2
60
Tidak Tuntas
16
45
Tidak Tuntas
3
45
Tidak Tuntas
17
65
Tidak Tuntas
4
60
Tidak Tuntas
18
70
Tidak Tuntas
5
65
Tidak Tuntas
19
65
Tidak Tuntas
6
70
Tidak Tuntas
20
75
Tuntas
7
45
Tidak Tuntas
21
60
Tidak Tuntas
8
85
Tuntas
22
45
Tidak Tuntas
9
65
Tidak Tuntas
23
85
Tuntas
10
70
Tidak Tuntas
24
75
Tuntas
11
65
Tidak Tuntas
25
80
Tuntas
12
65
Tidak Tuntas
26
60
Tidak Tuntas
13
65
Tidak Tuntas
27
65
Tidak Tuntas
14
75
Tuntas
28
50
Tidak Tuntas


Jumlah Nilai
1795


Nilai Rata-rata kelas
64.1


Persentase Ketuntasan Klasikal
21%

Dan deskripsi hasil tes prestasi siswa dapat dilihat dalam tabel berikut .
Tabel 4.3
Deskripsi hasil tes prestasi siswa
Skor Hasil Belajar
41 - 50
51 – 60
61 - 70
71 - 80
81 – 90
91 - 100
Banyak siswa
5
17,9%
4
14,3 %
13
46,4 %
4
14,3 %
2
7,1 %
0

32,2 %
46,4 %
21,4 %


Dari tabel diatas menunjukkan hasil tes formatif yang telah diberikan kepada siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/ 2010. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil tes ternyata hanya 6 anak (21,4%) yang mengalami ketuntasan secara individual. Dari jumlah anak yang tintas dalam belajarnya hanya 2 anak (7,1%) yang mendapat nilai diatas 81. Yang lainnya (4 anak) tuntas dengan nilai antara 71 – 80. Tidak sampai separuh anak (46,4%) mendapat nilai antara 61 – 70 dengan kategori cukup memahami walaupun belum mencapai standar ketuntasan secara indivdual. Sejumlah anak yang berada dalam kategori ini mendapat bimbingan tambahan agar lebih menguasai konsep pembelajaran serta 9 anak (32,2%) mendapat nilai dibawah kategori cukup (kurang). Untuk siswa yang mendapat nilai diatas angka 91 belum ditemukan. Sementara nilai rata-rata kelas yang diperoleh belum menunjukkan adanya prestasi belajar yang memenuhi  ketuntasan secara klasikal. Persentase ketuntasan kalsikal  masih jauh dari harapan yaitu 21 %.

Adapun kategori nilai ketuntasan yang menjadi tolok ukur dalam penelitian ini adalah seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4
Kategori Nilai Ketuntasan
NO
NILAI
KETUNTASAN
KATEGORI
1
41 – 50
Tidak Tuntas
Sangat Kurang
2
51 – 60
Tidak Tuntas
Kurang
3
61 – 70
Tidak Tuntas
Cukup
4
71 – 80
Tuntas
Baik
5
81 – 90
Tuntas
Baik Sekali
6
91 - 100
Tuntas
Istimewa

Untuk mendapatkan  gambaran yang lebih jelas mengenai hasil prestasi belajar siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada materi pokok Pengukuran, dapat dilihat pada histogram berikut.

Gambar 4.1
Hisrogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa


Gambar 4.2
Hisrogram Prestasi Belajar Siswa



 







d.    Refleksi
Pada Pembelajaran siklus I dengan Tindakan I yang difokuskan pada materi pokok pengukuran dengan standar kompetensi memilih alat ukur dan menggunakan alat ukur sesuai dengan fungsinya dan mengenal hubungan antar waktu belum maksimal dapat dipahami oleh siswa, setelah ditelaah hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu ;
1.      Dalam pembelajaran matematika siswa tidak terbasa dengan konsep matematika yang realiatik sehingga siswa merasa kerepotan dalam menggunakan media pembelajaran yang berimplikasi pada lambatnya dalam mengerjakan tugas, sebagian siswa terlihat tidak konsentrasi dalam mengerjakan soal yang diberikan.
2.       Siswa belum terbiasa diminta laporan hasil pekerjaanya secara lisan oleh guru, sehingga terkesan takut dalam berbicara, gugup dan  cenderung saling menunjuk antar siswa dalam kelompoknya.
Dari hasil pengamatan oleh observer, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran siklus  I ini belum sepenuhnya dapat melaksanakan skenario metode pembelajaran matematika realistik, diantaranya 5 kegiatan (dari 13 kegiatan) atau (38 %) perlu perbaikan yaitu dalam hal memberikan motivasi, memberikan bimbingan terhadap siswa dalam berdiskusi, memusatkan perhatian dan membimbing siswa dalam menyampaikan pengalamannya dengan mencari hubungan antar satuan waktu. Hal tersebut terjadi karena metode ini baru diterapkan, juga karena pengajar belum terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan konsep ini.
Dari hasil tes yang diberikan juga masih belum menunjukkan adanya hasil belajar/ prestasi yang membanggakan, terbukti hanya 6 anak (21,4%) yang mengalami ketuntasan secara individual dengan kategori baik dan sangat baik. Tidak sampai separuh anak (46,4%) mendapat nilai antara 61 – 70 dengan kategori cukup memahami walaupun belum mencapai standar ketuntasan secara indivdual. Dan terdapat 9 anak (32,2%) mendapat nilai dibawah kategori kurang dan sangat kurang. Untuk siswa yang mendapat nilai diatas angka 91 belum ditemukan. Sementara nilai rata-rata kelas yang diperoleh belum menunjukkan adanya prestasi belajar yang memenuhi  ketuntasan secara klasikal. Persentase ketuntasan kalsikal  masih jauh dari harapan yaitu 21 %.
Maka dengan demikian pembelajaran ini belum menunjukkan proses pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran matematika realistik  secara utuh dan prestasi siswa masih rendah (jauh dari harapan) sehingga memerlukan pembelajaran berikutnya atau pembelajaran perlu dilanjutkan dengan siklus ke II.
2.   Hasil dan Pembahasan Siklus II
a.   Perencanaan Tindakan II
Pada tahap ini peneliti telah merancang tindakan yang disesuaikan dengan kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumya. Diantaranya adalah upaya meningkatkan pemberian motivasi belajra pada siswa, berupaya meningkatkan perhatian siswa, mengulang penjelasan tentang fungsi alat ukut dan cara menggunakan alat ukur yang diperagakan, berusaha menciptakan suasana pembelajaran lebih relaks dengan membiarkan siswa aktif melakukan pengukuran dan memberikan kesempatan lebih banyak pada siswa untuk melakukan diskusi dengan temannya sebagai persiapan dalam menyampaikan hasil pengalamannya setelah mendapat perlakuan metode ini. Proses pembelajaran tetap dirancang dengan menerapkan metode pembelajaran matematika realistik dan observer tetap melakukan pengamatan serta pemberian tes formatif  diakhir pelajaran.
b.   Pelaksanaan Tindakan II
Pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan tetap dengan menerapkan model/ metode pembelajaran matematika realistik yang disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa kelas III-B SDN Aenganyar  I. Walaupun siswa telah mendapatkan perlakuan penerapan metode pembelajaran matematika realistik pada siklus I, peneliti tetap menyampaikan tujuan belajar yang akan dicapai dengan penerapan metode ini. Peneliti bertindak sebagai guru pengajar dan observer dilakukan oleh teman sejawat peneliti.
Pada tindakan II ini peneliti menyampaikan materi ajar sesuai dengan konsep metode pembelajaran matematika realistik. Hal dimaksudkan agar siswa memahami dan dapat menkonstruksi kemampuannya dalam memilih dan menggunakan benda nyata/ alat ukur. Kemudian secara lisan guru memberikan pertanyaan awal mengenai pengukuran dan bagaimana cara menggunakannya. Selanjutnya guru membimbing siswa melakukan pengukuran dan mengorganisasikan kedalam kelompok kecil. Dengan diskusi masing masing siswa dapat memahami cara mengukur benda disekitar kelas, mencatat hasil pengukuran dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.. Guru menganalisa dan memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa.
c.   Hasil Tindakan Dan Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh observer terhadap aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan Metode Pembelajaran Matematika Realistik.
a.      Hasil pengamatan
Pada Siklus II Tindakan II ini kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah 1. siswa dapat memilih dan menggunakan alat ukur panjang, 2. Mengenal hubungan antar satuan panjang, dengan materi ajar satuan ukuran panjang. Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.


Tabel 4.5
Lembar Pengamatan Metode Pembelajaran Matematika Realistik
SIKLUS II
NO
KEGIATAN YANG DIAMATI
SIKLUS  KE II
KET
B
C
K
TM
1
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai




2
Guru memotivasi siswa untuk lebih giat belajar





3
Guru memberikan contah benda nyata (alat ukur satuan panjang) dan cara menggunakannya dan menyampaikan bahan ajar dengan memanfaatkan alat peraga tersebut




4
Siswa memperhatikan dengan baik informasi dan mengajukan pertanyaan terhadap guru.




5
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar




6
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk melakukan pengukuran panjagn dalam km, hm, dam, m, cm  dan mencari hubungan antar satuan panjang




7
Siswa berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas diberikan oleh guru




8
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompok




9
Siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan teman kelompoknya




10
Guru meminta siswa mengungkapkan hasil pengalamannya mencari dan menemukan hubungan antar satuan panjang  yang dapat diterapkan dalam kehidupan ehari-hari.




11
Guru menmberikan tes formatif 1 dan memberikan penjelasan cara mengerjakannya.




12
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya




13
Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa dan melakukan  refleksi tentang materi yang telah dipelajari




Jumlah kegiatan yang terjadi
5
5
3
0


Pada pelaksanaan tindakan II ini, dari 13  kegiatan guru dan siswa yang diamati cenderung masih kurang sesuai dengan hasil yang diharapkan, namun seluruh kegiatan yang menerapkan konsep realistik telah nampak muncul walaupun masih banyak terjadi kekurangan. Dari  seluruh  kegiatan yang muncul terdapat 5 kegiatan (38,5%) dilaksanakan dengan baik, 5 kegiatan (38,5%) dilaksanakan dengan cukup baik dan  3 kegiatan atau 23 % kegiatan guru dan siswa masih kurang sempurna. Hal ini menunjukkan masih adanya beberapa kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode ini pada Pelaksanan Tindakan I. Kegiatan guru dan siswa yang sudah baik meliputi: kegiatan guru dalam hal menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, memeragakan alat ukur satuan panjang, menyampaikan tes formatif dan mengevaluasi hasil kerja siswa serta guru dalam melakukan refleksi. Dan kegiatan yang dirasakan masih sangat kurang nampak dan perlu perbaikan yaitu dalam hal siswa kurang dalam memperhatikan informasi dari guru, berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok dan menjawab pertanyaan teman kelompoknya. Kegiatan guru membimbing tugas siswa dan kegiatan siswa setelah diminta guru untuk mengungkapkan pengalamannya dari hasil belajar yang baru dilaksanakan mengalami peningkatan, namun tetap perlu bimbingan.

b.      Hasil Tes
Setelah melaksanakan kegiatan  pembelajaran pada siklus II , siswa diberikan tes formatif (prestasi) untuk mendapatkan gambaran mengenai hasil prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini. Tes yang diberikan juga implikasi dari memahami atau belum terhadap metode yang sedang diterapkan.Hasil tes prestasi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6
Daftar Nilai Tes Prestasi dan Ketuntasan Individual Siswa

No.
Responden
Nilai
Keterangan
No.
Responden
Nilai
Keterangan
1
75
Tuntas
15
75
Tuntas
2
75
Tuntas
16
50
Tidak Tuntas
3
60
Tidak Tuntas
17
75
Tuntas
4
80
Tuntas
18
85
Tuntas
5
75
Tuntas
19
70
Tidak Tuntas
6
75
Tuntas
20
75
Tuntas
7
50
Tidak Tuntas
21
70
Tidak Tuntas
8
95
Tuntas
22
60
Tidak Tuntas
9
65
Tidak Tuntas
23
95
Tuntas
10
80
Tuntas
24
75
Tuntas
11
65
Tidak Tuntas
25
95
Tuntas
12
80
Tuntas
26
70
Tidak Tuntas
13
65
Tidak Tuntas
27
75
Tuntas
14
75
Tuntas
28
65
Tidak Tuntas


Jumlah Nilai
2050


Nilai Rata-rata kelas
73,2


Persentase Ketuntasan Klasikal
60,7%

Dan deskripsi hasil tes prestasi siswa dapat dilihat dalam tabel berikut .
Tabel 4.7
Deskripsi hasil tes prestasi siswa
Skor Hasil Belajar
41 - 50
51 – 60
61 - 70
71 - 80
81 – 90
91 - 100
Banyak siswa
2
7,1%
2
7,1 %
7
25&
13
46,4 %
1
3,6 %
3
10,8%

14,2 %
25 %
60,8 %

Dari tabel diatas menunjukkan hasil tes formatif yang telah diberikan kepada siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/ 2010. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil tes ternyata telahj mengalami peningkatan. Terdapat sekitar 13 anak yang belum memnuhi ketuntasan individual. Walaupun mengalami peningkatan ternyata belum signifikan. Anak yang memperoleh nilai dibawah 60 terdapat 4 anak (14,2%), sebanyak 25 % dari jumlah anak mendapat nilai antara 61 – 70 dengan kategori cukup baik. Sementara jumlah siswa yang tuntas secara individual adalah 60,8% dengan rincian sebagai berikkut: 46,4% (13 anak) mendapat nilai antara 71 – 80 dengan kategori baik, 3,6% (1 anak) mendapat nilai 85 dengan kategori sangat baik dan 10,8% (3 anak) mendapat nilai 95 dengan kategori istimewa.. Sejumlah anak yang berada dalam kategori kurang mendapat bimbingan tambahan agar lebih menguasai konsep pembelajaran. Untuk siswa yang berada pada kategori sangai baik dan istimewa mendapat pengayaan. Sementara nilai rata-rata kelas yang diperoleh belum menunjukkan adanya prestasi belajar yang memenuhi  ketuntasan secara klasikal. Persentase ketuntasan kalsikal  masih belum sesuai dengan harapan yaitu 60,7 %.
Adapun kategori nilai ketuntasan yang menjadi tolok ukur dalam penelitian ini adalah masih tetap seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.8
Kategori Nilai Ketuntasan
NO
NILAI
KETUNTASAN
KATEGORI
1
41 – 50
Tidak Tuntas
Sangat Kurang
2
51 – 60
Tidak Tuntas
Kurang
3
61 – 70
Tidak Tuntas
Cukup
4
71 – 80
Tuntas
Baik
5
81 – 90
Tuntas
Baik Sekali
6
91 - 100
Tuntas
Istimewa
Untuk mendapatkan  gambaran yang lebih jelas mengenai hasil prestasi belajar siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada materi pokok Pengukuran, dapat dilihat pada histogram berikut.

Gambar 4.3
Hisrogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa











Gambar 4.4
Hisrogram Prestasi Belajar Siswa






d.      Refleksi
Pada kegiatan pembelajaran siklus II dengan Tindakan II yang difokuskan pada materi pokok pengukuran satuan panjang dengan standar kompetensi memilih alat ukur dan menggunakan alat ukur sesuai dengan fungsinya dan mengenal hubungan antar satuan panjang terlihat masih belum maksimal dapat dipahami oleh siswa, walaupun ada peningkaran sekitar 40%. Setelah ditelaah hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu ;
1.      Dalam pembelajaran matematika siswa belum terbiasa dengan konsep matematika yang realistik, pembelajaran dalam siklus I dengan menerapkan metode realistik ini belum sepenuhnya dapat dipahami oleh siswa, guru pengajar juga masih kurang dalam pengelolan waktu. Masih terlihat siswa merasa kerepotan dalam berdiskusi terutama ketika diminta menyampaikan pengalamannya setelah mendapat materi pembelajaran.
2.      Karena siswa belum terbiasa diminta laporan hasil pekerjaanya secara lisan oleh guru, sehingga yang terjadi masih terkesan takut dalam berbicara, gugup dan  cenderung saling menunjuk antar siswa dalam kelompoknya.
Dari hasil pengamatan oleh observer, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran siklus  II ini belum sepenuhnya dapat melaksanakan skenario metode pembelajaran matematika realistik, diantaranya 5 kegiatan (dari 13 kegiatan) atau (38 %) perlu perbaikan yaitu dalam hal memberikan motivasi, memberikan bimbingan terhadap siswa dalam berdiskusi, memusatkan perhatian dan membimbing siswa dalam menyampaikan pengalamannya dengan mencari hubungan antar satuan waktu. Hal tersebut terjadi karena metode ini baru diterapkan, juga karena pengajar belum terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan konsep ini.
Dari hasil tes yang diberikan juga masih belum menunjukkan adanya hasil belajar/ prestasi yang membanggakan, namun telah terjadi peningkatan terbukti dari 28 siswa telah terdapat 17 anak (60,8%) yang belajar tuntas secara individual dengan kategori baik 13 anak (46,4% dan sangat baik 1 anak (3,6%) serta 3 anak (10,8%) dapat dikateorikan istimewa  . Tidak sampai separuh anak (25%) mendapat nilai antara 61 – 70 dengan kategori cukup memahami walaupun belum mencapai standar ketuntasan secara indivdual, berarti terjadi peningkatan dari kategori cukup menjadi kategori baik sekitar 21,6%. Walaupun telah diupayakan semaksimal mungkin masih terdapat 4 anak (14,2%) mendapat nilai dengan kategori kurang dan sangat kurang. Sementara nilai rata-rata kelas yang diperoleh juga mengalami peningkatan sebesar  39,7% namun juga masih membutuhkan pembenahan karena.belum menunjukkan adanya prestasi belajar yang memenuhi  ketuntasan secara klasikal. Persentase ketuntasan kalsikal  yang dicapai pada pembelajaran siklus II ini adalah 60,7%
Maka dengan demikian pembelajaran ini secara rinci belum menunjukkan proses pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran matematika realistik  secara utuh dan prestasi siswa masih perlu peningkatan, karena elum memnuhi standar yang diharapkan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka perlu dilanjutkan dengan pembelajaran siklus ke III.
3. Hasil dan Pembahasan Siklus III
a.   Perencanaan Tindakan III
Pada tahap ini peneliti telah merancang tindakan yang disesuaikan dengan kekurangan yang terjadi pada siklus II. Diantaranya adalah upaya meningkatkan pemberian motivasi belajar pada siswa, berupaya meningkatkan perhatian siswa, melanjutkan materi dan memberikan penjelasan tentang fungsi alat ukut satuan berat dan cara menggunakan alat ukur yang diperagakan, berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dengan membimbing siswa lebih aktif dalam melakukan kegiatan pengukuran dan berdiskusi dalam kelompoknya. Guru juga memberikan kesempatan lebih banyak pada siswa untuk melakukan diskusi dengan temannya sebagai persiapan dalam menyampaikan hasil pengalamannya setelah mendapat perlakuan metode ini. Proses pembelajaran tetap dirancang dengan menerapkan metode pembelajaran matematika realistik dan observer tetap melakukan pengamatan serta pemberian tes formatif  diakhir pelajaran.
b.   Pelaksanaan Tindakan III
Pembelajaran pada siklus III ini dilaksanakan tetap dengan menerapkan model/ metode pembelajaran matematika realistik yang disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa kelas III-B SDN Aenganyar  I. Walaupun siswa telah mendapatkan perlakuan penerapan metode pembelajaran matematika realistik pada siklus II, peneliti tetap menyampaikan tujuan belajar yang akan dicapai dengan penerapan metode ini dengan materi pokok melanjutkan materi pada pertemuan minggu lalu. Peneliti bertindak sebagai guru pengajar dan observer dilakukan oleh teman sejawat peneliti.
Pada tindakan III ini peneliti menyampaikan materi ajar sesuai dengan konsep metode pembelajaran matematika realistik. Hal dimaksudkan agar siswa memahami secara maksimal dan dapat menkonstruksi kemampuannya dalam memilih dan menggunakan benda nyata/ alat ukur serta dapat mengena hubungan antar satuan berat. Kemudian secara lisan guru memberikan pertanyaan awal mengenai pengukuran satuan berat dan bagaimana cara menggunakan dan menerapkan instrumen itu dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya guru membimbing siswa melakukan pengukuran satuan berat dan mengorganisasikan kedalam kelompok kecil. Dengan diskusi masing masing siswa diharapkan dapat memahami cara mengukur benda disekitar kelas, mencatat hasil pengukuran dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.. Guru menganalisa dan memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa.
c.   Hasil Tindakan
Pengamatan dilakukan oleh ebserver terhadap aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan Metode Pembelajaran Matematika Realistik.
a.      Hasil pengamatan
Pada Siklus III Tindakan III ini kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah 1. siswa dapat memilih dan menggunakan alat ukur berat, 2. Mengenal hubungan antar satuan berat, dengan materi ajar satuan ukuran berat. Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran pada siklus III ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9
Lembar Pengamatan Metode Pembelajaran Matematika Realistik
SIKLUS III
NO
KEGIATAN YANG DIAMATI
SIKLUS  KE III
KET
B
C
K
TM
1
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang  ingin dicapai




2
Guru memotivasi siswa untuk lebih giat belajar





3
Guru memberikan contah benda nyata (alat ukur satuan berat) dan cara menggunakannya dan menyampaikan bahan ajar dengan memanfaatkan alat peraga tersebut




4
Siswa memperhatikan dengan baik informasi dan mengajukan pertanyaan terhadap guru.




5
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar




6
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk melakukan pengukuran panjagn dalam kg, hg, dag, gram dan mencari hubungan antar satuan berat




7
Siswa berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas diberikan oleh guru




8
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompok




9
Siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan teman kelompoknya




10
Guru meminta siswa mengungkapkan hasil pengalamannya mencari dan menemukan hubungan antar satuan berat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.




11
Guru menmberikan tes formatif 1 dan memberikan penjelasan cara mengerjakannya.




12
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya




13
Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa dan melakukan  refleksi tentang materi yang telah dipelajari




Jumlah kegiatan yang terjadi
12
1
0
0


Pada pelaksanaan tindakan III ini, dari 13  kegiatan guru dan siswa yang diamati telah nampak perubahan kegiatan guru dan siswa banyak mengalami peningkatan. Dari  seluruh  skenario kegiatan pembejaran yang menerapkan metode pembelajran matematika realistik telah terlihat muncul 100%. Dari kegiatan yang secara keseluruhan telah muncul hanya terdapat 1 kegiatan (7,6%) dilakukan dengan cukup baik. Namun 12 kegiatan (92,4% telah terlaksana dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus III ini telah menunjukkan penerapan metode pembelajaran matematika realistik dengan utuh. Dan kegiatan yang terlihat cukup baik adalah kegiatan siswa dalam mendengarkan informasi dan mengajukan pertanyaan. Secara berkesinambungan semakin sering menerakan konsep ini dimungkinkan akan semakin baik dan sempurna.
b.      Hasil Tes
Setelah melaksanakan kegiatan  pembelajaran pada siklus III , siswa diberikan tes formatif (prestasi) untuk mendapatkan gambaran mengenai hasil prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan metode ini. Hasil tes prestasi dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10
Daftar Nilai Tes Prestasi dan Ketuntasan Individual Siswa

No.
Responden
Nilai
Keterangan
No.
Responden
Nilai
Keterangan
1
85
Tuntas
15
80
Tuntas
2
85
Tuntas
16
55
Tidak Tuntas
3
70
Tidak Tuntas
17
80
Tuntas
4
85
Tuntas
18
90
Tuntas
5
80
Tuntas
19
80
Tuntas
6
85
Tuntas
20
85
Tuntas
7
70
Tidak Tuntas
21
80
Tuntas
8
100
Tuntas
22
70
Tidak Tuntas
9
80
Tuntas
23
100
Tuntas
10
85
Tuntas
24
80
Tuntas
11
75
Tuntas
25
95
Tuntas
12
85
Tuntas
26
80
Tuntas
13
80
Tuntas
27
85
Tuntas
14
85
Tuntas
28
75
Tuntas


Jumlah Nilai
2285


Nilai Rata-rata kelas
81,6


Persentase Ketuntasan Klasikal
85,7%

Dan deskripsi hasil tes prestasi siswa dapat dilihat dalam tabel berikut .
Tabel 4.3
Deskripsi hasil tes prestasi siswa
Skor Hasil Belajar
41 - 50
51 – 60
61 - 70
71 - 80
81 – 90
91 - 100
Banyak siswa
0
0%
1
3,6 %
3
10,7%
11
39,3 %
10
35,7%
3
10,7%

3,6 %
10,7 %
85,7%

Dari tabel diatas menunjukkan hasil tes formatif pada siklus III yang telah diberikan kepada siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/ 2010. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil tes ternyata telah banyak mengalami peningkatan. Dari tabel diatas dapat diketahui telah terdapat 24 anak (85,7%) yang tuntas dalam belajaranya secara individual. Dari siswa yang tuntas tersebut 11 anak (39,3%) tuntas dengan kategori baik, 10 anak (35,7%) tuntas dengan kategori sangat baik dan 3 anak (10,7%) tuntas dengan kategori istimewa. Disamping itu terdapat 4 anak (14,2%) yang belum mencapai ketuntasan secara individual hingga siklus ke III ini yang terdiri dari 3 anak (10,7%) dengan kategori cukup memahami dan 1 anak (3,6%) berada pada kategori kurang. Sejumlah anak yang berada dalam kategori kurang diberikan bimbingan khusus, utamanya memberikan motivasi ekstra dengan pendekatan persuasif, karena setelah diteliti siswa tersebut mengalami masalah dalam keluarga (setelah ditanya: faktor ekonomi dan perhatian orang tua yang menjadi penyebabnya). Maka guru juga mendatangi orang tua asuhnya (karena orang tua kandung berada di luar daerah) untuk dapat memberikan motivasi dan perhatian kepada anak tersebut. Dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh telah menunjukkan adanya prestasi belajar yang membanggakan karena telah memenuhi  ketuntasan secara klasikal. Persentase ketuntasan klasikal  yang telah dicapai adalah yaitu 85,7 %. Atau meningkat sekitar 20% dari siklus sebelumnya.
Adapun kategori nilai ketuntasan yang menjadi tolok ukur dalam Siklus III ini adalah masih tetap seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.11
Kategori Nilai Ketuntasan
NO
NILAI
KETUNTASAN
KATEGORI
1
41 – 50
Tidak Tuntas
Sangat Kurang
2
51 – 60
Tidak Tuntas
Kurang
3
61 – 70
Tidak Tuntas
Cukup
4
71 – 80
Tuntas
Baik
5
81 – 90
Tuntas
Baik Sekali
6
91 - 100
Tuntas
Istimewa
Untuk mendapatkan  gambaran yang lebih jelas mengenai hasil prestasi belajar siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada materi pokok Pengukuran, dapat dilihat pada histogram berikut.
Gambar 4.5
Hisrogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa







                                                                                  



Gambar 4.6
Hisrogram Prestasi Belajar Siswa









d.    Refleksi
Pada kegiatan pembelajaran siklus III dengan Tindakan III yang difokuskan pada materi pokok pengukuran satuan berat dengan standar kompetensi memilih alat ukur dan menggunakan alat ukur sesuai dengan fungsinya dan mengenal hubungan antar satuan berat terlihat telah menunjukkan banyak dipahami oleh siswa, terdapat sekitar 12 kegiatan (92,4%) yang terlaksanan dengan baik dan 1 kegiatan (7,6%) dilaksanakan dengan cukup baik, namun secara umum seluruh fase dan tahap pembelajaran telah terealisasi dengan baik. Hal ini dapat terwujud karena beberapa hal, yaitu:
1.      Dalam pembelajaran matematika siswa telah banyak pengalaman dari siklus-siklus sebelumnya sehingga siswa telah cukup terbiasa dengan konsep matematika yang realistik, mereka mulai mengenal konsep matematika ini, merasa tertarik dan menyukai diberi kesempatan dalam berupaya menemukan dan menyelesaikan persoalan dengan berkelompok.
2.      Dengan semangat tinggi mereka selalu belajar dan tetap berkelompok untuk mengerjakan tugas tambahan yang harus dikerjakan dirumah. Sehingga secara mandiri mereka mengulang konsep ini diluar jam sekolah.
Dari hasil pengamatan oleh observer, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran siklus  III ini secara utuh telah terlihat menerapkan konsep pembelajaran dengan metode pembelajaran matematika realistik, terbukti dari  seluruh  skenario kegiatan pembelajaran yang menerapkan metode pembelajran matematika realistik telah terlihat muncul 100%. Dari kegiatan yang secara keseluruhan telah muncaul hanya terdapat 1 kegiatan (7,6%) dilakukan dengan cukup baik. Namun 12 kegiatan (92,4% telah terlaksana dengan baik.. Dan kegiatan yang terlihat cukup baik adalah kegiatan siswa dalam mendengarkan informasi dan mengajukan pertanyaan. Secara berkesinambungan semakin sering menerakan konsep ini dimungkinkan akan semakin baik dan sempurna. Hal ini berjalan dengan baik karena guru dan siswa bersemangat untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus-siklus sebelumya, memperbanyak latihan dirumah dan mempersiapkan kerangka pembelajaran dengan lebih matang. Selain itu dukungan dari teman sejawat yang berupa saran danmotivasi menjadi kekuatan peneliti untuk berupaya mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Dari hasil tes dapat diketahui telah terdapat 24 anak (85,7%) yang tuntas dalam belajaranya secara individual. Dari siswa yang tuntas tersebut 11 anak (39,3%) tuntas dengan kategori baik, 10 anak (35,7%) tuntas dengan kategori sangat baik dan 3 anak (10,7%) tuntas dengan kategori istimewa. Disamping itu terdapat 4 anak (14,2%) yang belum mencapai ketuntasan secara individual hingga siklus ke III ini yang terdiri dari 3 anak (10,7%) dengan kategori cukup memahami dan 1 anak (3,6%) berada pada kategori kurang. Sejumlah anak yang berada dalam kurang diberikan bimbingan khusus, utamanya memberikan motivasi ekstra dengan pendekatan persuasif, karena setelah diteliti siswa tersebut mengalami masalah dalam keluarga (setelah ditanya: faktor ekonomi dan perhatian orang tua yang menjadi penyebabnya). Maka guru juga mendatangi orang tua asuhnya (karena orang tua kandung berada di luar daerah) untuk dapat memberikan motivasi dan perhatian kepada anak tersebut. Dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh telah menunjukkan adanya prestasi belajar yang membanggakan karena telah memenuhi  ketuntasan secara klasikal. Persentase ketuntasan klasikal  yang telah dicapai adalah yaitu 85,7 %. Atau meningkat sekitar 20% dari siklus sebelumnya.
Dengan tercapainya niai rata-rata keas yang memenuhi standar ketuntasan secara klasikal (85,7%) menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas ini telah berhasil dalam menerapkan konsep pembelajaran dengan metode pembelajaran matematika realistik dan upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dengan demikian pembelajaran ini secara rinci telah menunjukkan proses pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran matematika realistik  secara utuh dan prestasi siswa telah berhasil mengalami peningkatan, sehingga penelitian ini tidak memerlukan pembelajaran berikutnya atau tidak perlu mengadakan/ melanjutkan pembelajaran pada siklus berikutnya.















BAB V
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Setelah melakukan penelitian tindakn kelas tentang bagaiman upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas III-B pada materipokok pengukuran melalui penerapan metode pembelajaran matematika realistik di SDN Aenganyar I Giligenting semester ganjl thun pelajaran 2009/ 2010, maka berdasarkan hasil pengamatan melalui lembar observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran sebanyak 3 Siklus ( 3pertemuan ), dapat dinyatakan bahwa  pada Siklus I dan Siklus II, proses pembelajaran masih belum maksimal  menerapkan metode pembelajaran matematika realistik dengan baik. Ini terjadi karena bebarapa hal yang merupakan kekurangan guru dan siswa dalam menerapkan konsep ini. Kemudian setelah melakukan evaluasi dan refleksi  terhadap metode pembelajaran matematika realistik,  pada Siklus III proses pembelajaran yang berlangsung sudah menerapkan metode pembelajaran matematika realistik dengan baik. Sebuah metode pembelajaran dikatakan dapat diterapkan dengan baik jika seluruh fase/ skenario pembelajaran muncul dan dapat direalisasikan dengan baik.
71
 
Dari hasil tes dapat diketahui telah terdapat 24 anak (85,7%) yang tuntas dalam belajaranya secara individual. Disamping itu terdapat 4 anak (14,2%) yang belum mencapai ketuntasan secara individual hingga siklus ke III ini yang terdiri dari 3 anak (10,7%) dengan kategori cukup memahami dan 1 anak (3,6%) berada pada kategori kurang.. Dan nilai rata-rata kelas yang diperoleh telah menunjukkan adanya prestasi belajar yang membanggakan karena telah memenuhi  ketuntasan secara klasikal. Persentase ketuntasan klasikal  yang telah dicapai adalah yaitu 85,7 %. Nilai rata-rata kelas setelah penerapan pembelajaran matematika realistik  pada materi pokok Pengukuran  adalah 81,6 dan telah memenuhi ketuntasan individual siswa.
Dari keseluruhan data yang diperoleh dapat diinterpretasikan bahwa dengan Penerapan Metode pembelajaran matematika realistik dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Kelas III-B SDN Aenganyar I Kecamatan Giligenting Kabupaten Sumenep Tahun Pelajaran 2009/ 2010.
II.    Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka memberikan saran-saran sebagai berikut :
1.       Penerapan model pembelajaran matematika realistik dapat memacu siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, studen oriented dan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Oleh karena itu sebaiknya metode ini dapat diterapkan oleh guru pada pembelajaran matematika.
2.       Dalam menerapkan model pembelajaran dengan metode ini sebaiknya dilakukan persiapan-persiapan yang baik sehingga proses kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
3.       Sebaiknya sebagai guru juga dapat melakukan penelitian tindakn kelas, baik penelitian serupa ata lanjutan maupun peneltian dengan konsep lain, khususnya dalam bidang studi matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hudoyo, Herman. 1998. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang.
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.2000. Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Poerwati, Endang. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Suharta, I Gusti Putu. 2007. Pendekatan Matematika Realistik.
Sukardi, Dewa, Ketut. 1983. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung : Alfabeth.
Tim Matematika,2007. Cerdas Matematika 3A. Bogor: Ghalia Indonesia
Van den Hauvel-Panhuizen, 2000. Mathematics Education in the Netherlands a Guided Tour. http://www.fi.uu.nl/en/index publicaties htm.

Wardani, I.G.A.K. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka

Widodo, Suryo. 2002. Pengantar Dasar Matematika. Kediri : IKIP PGRI Kediri.


 
alee duangh
alee duangh Saya adalah pribadi yang ingin selalu belajar dan berbagi. Menebar manfaat dan kebaikan adalah tabungan yang akan abadi

Post a Comment for "Contoh Penelitian Tindakan Kelas"