Tata Krama Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Tata Krama Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ali Harsojo
   
 A. TATA KRAMA DALAM BERDIRI 
Perlukah sikap berdiri diatur, agar memenuhi norma-norma sopan santun? Bangsa Indonesia khususnya dan bangsa-bangsa timur yang lain pada umumnya. Sikap berdiri dinilai juga dari segi kesopanan. Lain halnya dengan bangsa-bangsa barat pada umumnya, mereka kurang mempunyai pandangan yang khusus pada soal itu. Demikian pula karena etika mencakup segala kegiatan dan tingkah laku manusia. Maka sikap berdiri sudah barang tentu harus mempunyai ketentuan-ketentuan juga. Ada kalanya sikap berdiri yang dapat dianggap rasa kesopanan, tetapi ada pula kalanya sikap tersebut tidak sopan. Pada uraia-uraian selanljutnya akan kami terangkan tentang sikap berdiri. 1. Berdiri di muka umum Apa yang dimaksud berdiri di muka umum ialah apabila yang melakukannya tengah menyanyi atau berpidato. Sikap untuk inipun sebaiknya dilakukan dengan sopan pula. 

Dalam soal apa dan untuk keperluan apa kita berdiri untuk berpidato, perlu memperhatikan beberapa ketentuan. Berpidato dalam upacara-upacara perkawinan, kematian dan lain sebagainya sudah barang tentu berbeda dengan pidato, rapat-rapat umum atau rapat politik dan lain sejenisnya. Perbedaan yang dimaksud disini adalah perbedaan tentang sikap beridirinya. Pada upacara-upacara yang mengharuskan kita berlau kidmat, kita akan nampak lebih berwibawa dan meresapkan suasana, apabila kita berdiri tegak dengan kaki merapat dan tanpa menggunakan gerak tangan atau gerakan-gerakan lainnya. Dalam hal demikian sebaiknya kedua tangan disilangkan ke muka. Sedang untuk berdiri dalam suasana yang lain, akan siap-siap itu harus berlainan pula. 2. Berdiri untuk antri Orang berdiri untuk antri harus berhati-hati dalam menempatkan dirinya. Sedikit saja membuat kesalahan, niscaya akan menerima umpatan dari pihak lain. Dalam keadaan demikian, setiap orang harus dapat menguasai kesabaran masing-masing. Sebaiknya berdirilah berjajar urut ke belakang dengan baik, tenang dan sabar. Jangan resah,kami maksudkan berulang-ulang melonggok-longgok ke muka atau menoleh ke belakang. Jangan pula berdesak-desakan atau rebut-rebutan atau main serobot. Tunggulah hingga giliran anda tiba, dan jangan coba-coba untuk saling mendahuluinya. Setiap orang harus datang dan berdiri menurut kesempatan bagi dirinya, yang kami maksudkan di sini ialah apabila ia datang kemudian, harus berdiri di belakang. Setiap usaha untuk menyelendup atau masuk menyelinap menyusup ke tengah-tengah deretan merupakan suatu perbuatan yang melanggar peraturan. Baik melanggar tata tertib, melanggar haknya orang banyak, atau pula melanggar kesopanan. 
 B. TATA KRAMA DALAM BERJALAN 
Banyak orang menganggap, bahwa soal berjalan adalah remeh. Tetapi apabila kita perhatikan benar-benar, ternyata masih banyak di antara bangsa kita yang belum memahami benar tentang bagaimana sikap yang sebaik-baiknya kita harus berjalan. Yang dimaksud berjalan disini ialah berjalan di jalan umum, di mana selain kita sendiri, banyak pula orang lain yang berjalan di situ. Tiap-tiap bangsa mempunyai gaya sendiri-sendiri. Misalnya orang Amerika dan Eropa, pada umumnya selalu bergegas-gegas, seolah-olah ada sesuatu yang mereka kejar. Kebiasaan ini terpengaruh oleh kehidupan mereka yang segala sesuatunya serba otomat, dengan demikian maka tindakan-tindakannya pun serba cepat pula. Memang harus diakui bahwa keadaan dapat mempengaruhi kebiasaan. Di negara-negara Arab datarannya kebanyakan terdiri dari padang pasir yang luas, sehingga untuk mengarunginya dari suatu tempat ke tempat yang lain memerlukan kesabaran dan ketabahan yang luar biasa. Kebanyakan bangsa Arab berjalan lambat-lambat asal sampai di tempat tujuan dan selamat. Dari kedua keadaan yang diuraikan di atas, dapat diperoleh perbedaan yang menyolok. Yang satu ingin cepat, sedang lainnya terbiasa dengan lambat-lambat. Sedangkan keadaan di negara kita, khususnya di pulau Jawa boleh dikatakan berada di tengah-tengah. Maka keadaan ini pun mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Sehingga gaya kita berjalanpun menjadi sedang, tidak cepat dan tidak pula lambat. Bangsa kita sudah banyak dikenal oleh bangsa-bangsa lain sebagai bangsa yang halus, ramah-tamah dan memiliki sopan-santun yang tinggi. Memang, bagi bangsa kita, sopan-santun ini masih membudaya dalam kehidupan masyarakatnya. Sopan-santun masih tumbuh dengan subur dan dipelihara baik-baik, sehingga pada soal-soal yang kecil-kecil sekalipun tidak lepas dari penilaian kesopanan. Demikian pula martabat seseorang berkaitan erat dengan adabnya. Jelasnya, orang baru dapat baik, apabila penilaian terhadap segi adab dan kesopanannya telah sempurna. Selanjutnya agar cara kita berjalan memenuhi norma-norma sopan santun, perlu memperhatikan uraian-uraian berikutnya : Cara berjalan Orang dapat dikatakan berjalan dengan baik, apabila memenuhi syarat-syarat di bawah ini : 1. Dengan langkah tetap dan pasti Berjalan memerlukan bentuk-bentuk yang teratur dan indah. Dalam segala yang beraturan itu, terletaklah sifat-sifat yang serasi dan indah. Dengan langkah-langkah yang pasti, akan membawa diri kita pada sikap kesopanan yang pantas, serta merupakan ujud dan mencerminkan watak dari ang melakukannya. 2. Langsung dan lurus Setiap pejalan kaki harus senantiasa memperhatikan keadaan di mukanya. Jelasnya janganlah berjalan dengan menoleh-noleh ke belakang demikian lama, sehingga memungkinkan untuk bertabrakan dengan pejalan kaki lain yang datang dari arah muka atau samping. Demikian pula berjalan menyerong-nyerong atau menunduk, dapat membingungkan para pejalan kaki lainnya dan ada kemungkinan pula untuk bertabrakan dengan segala sesuatu yang datang dari muka atau samping. Biasakanlah berjalan langsung dan lurus, agar kebiasaan itu dapat merubah diri anda ke arah bentuk yang baik. 3. Bijaksana Artinya jangan berbuat seperti robot. Setela kita melangkah dengan tetap dan pasti serta langsung dan lurus, harus pula berlaku bijaksana. Orang berjalan memerlukan sifat-sifat bersahaja. Artinya janganlah dengan sikap yang dibuat-buat, karena dengan sikap demikian orang lain akan tetap tahu bahwa kesemuanya itu hanyalah buat-buatan belaka. Sepandai-pandai seseorang berjalan dengan gaya buatan, namun masih tetap dapat membedakan mana yang asli dan yang buatan. Pandangan mata waktu berjalan Dalam penggolongan orang yang berjalan kaki terdapat macam type yang berlainan. Dalam garis besarnya dapat kita bagi menjadi 3 golongan, yakni : - Type yang tidak suka ambil pusing terhadap keadaan sekelilingnya - Type yang senantiasa ingin tahu - Type biasa. Kemudian mengenai arah pandangan mata pada waku berjalan, perlu memperhatikan beberapa petunjuk seperti di bawah ini : a. Wajar Pandangan mata pada waktu kita berjalan sebaiknya wajar saja. Artinya : tidak membelalak, mengerling-ngerling, mencuri pandang dan lain sebagainya. b. Mengarah ke muka Apabila tidak perlu, arahkanlah selalu pandangan mata ke muka. Artinya jangan mengerlin ke kiri atau ke kanan, seolah-olah kita menaruh curiga terhadap orang yang berada di tempat itu. Camkanlah bahwa dalam beberapa hal pandangan mata dapat dijadikan pedoman untuk membaca perasaan seseorang. c. Bijaksana Tiada sesuatu peraturan yang melarang kita untuk melihat sesuatu. Tetapi berlakulah bijaksana dalam melihat seseorang. Artinya janganlah melihat tanpa berkedip demikian lama kepada seseorang, karena pandangan yang demikian dapat dikesankan sebagai pandangan yang tidak mengenakkan bagi yang dipandang. 
 C. TATA KRAMA DALAM DUDUK 
Apabila sikap duduk ini dilakukan bersama-sama antara seorang pria dan seorang wanita dalam kaitannya sebagai suami-isteri, muda-mudi yang sedang berpacaran, kawan biasa dan lain sebainya, ketentuannya sama saja dengan ketentuan-ketentuan yang lain, yakni pria di sebelah kanan dan wanita di sebelah kiri. Sikap duduk ada bermacam-macam, yakni : duduk bersila, duduk bersimpuh dan duduk di kursi. Dalam peradaban bangsa Indonesia, sopan santun duduk ini mempunyai peranan yang sangat penting. Aturan-aturan untuk itu sudah ada sejak dahulu kala, dan tetap di pertahankan oleh masyarakat Indonesia hingga sekarang. Adapun macam duduk yang dijelaskan di bawah ini : 1. Duduk bersila Sebagian besar suku bangsa Indonesia masih memakai cara ini. Jika ada yang telah meninggalkan cara ini, jumlahnyapun belum banyak dan terbatas pada mereka yang tinggal di kota-kota saja. Duduk bersila pada umumnya dilakukan diatas permadani ata tikar yang dibentangkan diatas lantai atau berlebih dahulu harus membuka sepatu atau alas kaki lainnya (kaus kaki tidak perlu di buka). Kaki dapat dilipat demikian rupa, sehingga kedua telapaknya tidak kelihatan dan tersembunyi di bawah paha. Telapak kaki kiri berada di balik paha sebelah kiri. Pada wanita duduk bersila sedikit berbeda, yakni : lipatan kaki lebih kecil (meringkus), kedua lututnya agak diangkat dan bertumpu pada kedua telapak kakinya. Dengan demikian telapaknya kelihatan, sedang pada pria tersembunyi. Sehingga, wanita dapat memilih salah satu dari kedua cara tersebut. 2. Duduk di dalam kelas Di dalam bagian ini akan dibahas bagaimana murid-murid harus duduk dengan sopan, akan diterangkan pula bagaimana seorang guru yang bijaksana mengatur murid-muridnya. Sejak berada di Taman Kanak-kanak, murid-murid sudah dibiasakan duduk baik-baik dan sopan. Yakni senantiasa tenang, kaki beraada di bawan dan tangan di atas bangku. Untuk mentrapkan kebiasaan itu dengan mudah, ukuran bangku dan tempat duduk pun sudah diatur sedemikian rupa, sehingga murid-murid itu di dalam kelas tidak menemukan kesulitan. Dengan ukuran bangku dan tempat duduk yang tepat serta sesuai itu, maka mereka dapat membiasakan diri untuk duduk dengan beratur dan baik. Demikian seterusnya, setelah murid-murid itu duduk di sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama dan atas, bangku-bangku dan tempat duduk itu harus senantiasa disesuaikan pula dengan keadaan tubuhnya murid. Ukuran-ukuran demikian ini sangat penting bagi perkembangan fisik mereka dengan kebiasaan duduk menulis dan membaca pada bangku yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, jelas akan membawa akibat yang kurang baik bagi pertumbuhan jasmani mereka. D. TATA KRAMA DALAM BERSILATURAHMI 
Dalam silaturrahmi (kadangkala ada yang menyebut silaturrahim) dalam adat ketimuran Indonesia banyak norma ataupun sikap-sikap yang menjadi aturan non formal yang bersifat sopan santun. Akan tetapi apabila dilanggar konsekwensi yang akan diterima adalah sanksi moral, seperti rasa malu, sungkan, kurang percaya diri, rasa bersalah dan lain-lain. Dalam silaturrahmi dapat menyangkut 2 hal, yaitu sikap orang yang bertamu dan orang yang menerima tamu. Apabila anda datang bertamu ke rumah orang lain, janganlah segera duduk sebelum dipersilahkan oleh tuan nyonya rumah. Sebaliknya apabila anda bertindak selaku tuan janganlah membiarkan tamu anda terlalu lama berdiri. Sesudah tamu itu mengucapkan salam yang sopan, persilahkan tamu tersebut segara duduk. Janganlah anda mendahului duduk, sebelum tamu itu duduk. Demikian juga apabila tamu anda meminta diri akan meninggalkan rumah anda, menjadi kewajiban anda untuk turut berdiri dan menghantarkan tamu itu sampai ke ambang pintu. Dan apabila pintu anda tertutup, bukakanlah tombolnya,sebab ada kemungkinan tamu tersebut masih asing dengan kontruksi tombol-tombol pintu rumah anda, sehingga akan terlampau lama bahkan mungkin akan merepotkannya, apabila tidak ditolong. Menyambut tamu akan nampak lebih akrab apabila tuan dan nyonya rumah bersama-sama menemuinya. Apabila jika tamu-tamu itu terdiri dari pria dan wanita. 
a. Sikap duduk yang baik bagi seorang tamu Hal ini harus mengingat pada keadaan, tempat dan kepada siapa anda dan tempat yang bisa pula maka anda boleh duduk dengan sikap biasa juga tetapi pada keadaan tempat dan pembicaraan yang serius maka sikap andapun harus serius pula. Dalam keadaan demikian sebaiknya duduklah agak maju sehingga punggung anda agak renggang dengan sandaran kursi sikap demikian biasa ditunjukkan kepada orang-orang yang lebih tua lebih tinggi kedudukannya, atasan, pejabat tinggi dan pembesar-pembesar lainnya. Dalam suasana demikian, selain dengan sikap duduk tanpa menyandarkan tubuh pada sandaran kursi sebaiknya tangan juga harus diatur demikian rupa, sehingga tidak terletak di atas sandaran tangan, tetapi berada di muka terletak di kedua belah paha. Kepala hendaknya agak menunduk. 
b. Sikap duduk yang baik tuan dan nyonya rumah Apabila anda bertindak selaku tuan atau nyonya rumah, harus pula mengingat pada ketentuan-ketentuan di atas. Apabila yang datang bertamu andapun harus diatur seperti yang telah diterangkan di atas. Apabila tamu anda seorang pria dan anda temui bersama-sama istri anda, maka posisi tempat duduk anda harus menghadap kepada tamu tersebut. Sebaiknya apabila tamu anda seorang wanita maka yang harus menghadap langsung kepada tamu itu adalah istri anda. Dan apabila tamu anda terdiri dari pria dan wanita, maka posisi supaya diatur demikiarn rupa, sehingga pria menghadapi pria dan wanita menghadap wanita. Ketentuan ini berlainan dengan ketentuan ketika anda berada di rumah makan. Tetapi apabila tamu anda berjumlah lebih dari dua orang, umpama empat orang terdiri dari dua orang pria dan dua orang wanita, masing-masing merupakan pasangan suami istri, maka posisinya supaya diatur demikian rupa, sehingga tiap-tiap pasangan duduk berdampingan. 
Secara lebih detail dibawah ini dituliskan tata cara bertamu dan menerima tamu, yakni : 1. Tata Krama Dalam Bertamu 1) Berpakain rapi,pantaas dan sopan 2) Tidak bertamu pada jam-jam istirahat 3) Seyogyanya membuat janji terlebih dahulu dan menepatinya, mengingat tuan rumah mungkin mempunyai banyak kesibukan. 4) Mengetuk pintu membunyikan bel dan mengucapka salam. 5) Bila sudah mengucapkan salam 3 X tidak ada jawaban sebaiknya pergi. 6) Tidak boleh mengintip atau melongok ke dalam rumah, walupun pintu atau jendela terbuka. 7) Bila ditanya “siapa itu ?” maka menjawabnya dengan menyebut nama. 8) Tidak boleh masuk dan duduk sebelum dipersilakan. 9) Melepas sepatu/ sandal sebelum masuk rumah atau menyesuaikan. 10) Menempati tempat duduk yang dipersiapkan untuk tamu (tidak menempati tempat duduk untuk tamu) 11) Bila tuan rumah bukan muhrimnya dan hanya satu orang, maka cukup diluar rumah dan bicara seperlunya. 12) Tidak makan dan minum hidangan yang disuguhkan sebelum dipersilakan 13) Sebaiknya mau mencicipi menikmati hidangan yang disediakan oleh tuan rumah. 14) Bila hidangan yang disuguhkan merupakan pantangan, maka supaya menolak dengan sopan. 15) Apabila bermalam, sebelum pulag supaya merapikan tempat tidurnya. 16) Apabila membawa anak kecil supaya menjaganya dengan baik sehingga tidak mengecewakan tuan rumah. 17) Apabila melakukan sesuatu yang mengecewakan tuan rumah (ngompol, merusak barang dll) supaya berterus terang dan minta maaf. 18) Sebelum pulang, hendaknya minta maaf,mengucapkan terima kasih atas semua kebaikan tuan rumah dan mengucapkan salam. 2. Tata Krama Dalam Menerima tamu Dalam hal bertamu ada yang harus diperhatikan diantaranya : 1) Berpakaian rapi, pantas dan sopan. 2) Menyambut dan menerima tamu dengan ramah (grapyak). 3) Mempersilahkan masuk dan duduk. 4) Bila tuan rumah sendirian dan tamu bukan mahromnya juga sendirian, seyogyanya tidak dipersilahkan masuk ke dalam rumah dan bicara seperlunya saja. 5) Memuliakan tamu dengan memberi penghormatan bilamana ‘ruf sesuai dengan kemampuan. 6) Menyuguhkan hidangan atau jamuan dengan menggunakan nampan. 7) Tidak menyuguhkan minuman dengan memegang bibir gelas. 8) Bila tamu bukan mahromnya, seyogya tidak menyuguhkan sendiri secara langsung. 9) Mempersilahkan tamu untuk menikmati hidangan. 10) Bila tamu bukan mahromnya sebaiknya tidak duduk dengan berhadapan dan tidak menatap langsung. 11) Apabila dalam menerima tamu waktunya terbatas karena suatu hal, maka hendaknya menyampaikan secara terus terang dan sopan. 12) Bila tamu telah berpamitan, seyogyanya ikut mengantar ke luar rumah untuk melepaskan kepergiannya. 
 E. TATA KRAMA DALAM BERBICARA
 Berbicara merupakan hal yang paling sering dilakukan pada setiap kesempatan, karena untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam interaksi antar manusia satu dengan yang lain dapat dipastikan dilakukan dengan pembicaraaan. Di Negara kita berbicara juga kental dengan adat dan sopan santun yang menjadi ciri masyarakat kita secara umum, yaitu ramah, sopan dan santun. Adapun tata krama dalam berbicara, yakni ; 1) Berbahasa yang baik dan sopan (papan-empan-adepan), menghindari kata-kata yang kotor dan menyakitkan hati. 2) Bila berbicara dengan orang lebih tua/ditentukan, hendaknya pandangan mata agak ditundukkan dan dalam bertutur kata dengan nada suara lebih rendah. 3) Membiasakan kata-kata “maaf” pada awal dan akhir pembicaraan. 4) Dalam berbahasa daerah tidak boleh memposisikan diri lebih tinggi dari lawan bicara. 5) Memperhatikan dan mengarahkan pandangan kepada lawan bicara dengan sopan. 6) Memberi kesempatan kepada lawan bicara untuk bicara (tidak mendominasi pembicaraan). 7) Tidak memotong pembicaraan lawan bicara. 8) Tidak berbicara sambil berkacak pinggang atau menunjuk-nunjuk ke arah lawan bicara. 9) Tidak mempergunjingkan atau membicarakan aib orang lain (giba). 10) Bila bertiga : a. tidak berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh salah satu dari mereka. b. tidak berbisik-bisik berdua, tanpa memperdulikan teman yang lain. 11) Menghindari berkata dusta, meskipun bermaksud melucu. 12) Menghindari bergurau yang berlebihan dan gojlok-gojlokan. 
 F. TATA KRAMA DALAM MAKAN DAN MINUM 
Dalam makan dan minum, apalagi hal itu dilkukan bersama dengan orang lain, maka supaya memperhatikan tata karma yang telah menjadi kebiasaan sopan santun masyarakat bangsa kita, diantaranya: 1. Tata Krama Dalam Makan 1) Duduk dengan sopan, sesuai dengan tempat duduknya(kursi atau lesehan) 2) Makan dengan tangan kanan (kecuali dalam keadaan tertentu; cacat tangan kanan, sakit dll) 3) Memulai makan dengan membaca basmalah, dan mengskhiri dengan membaca hamdalah. 4) Mengambil makan secukupnya dan dihabiskan, jangan sampai menyisakan makanan dalam piring. 5) Tidak meniup makanan yang panas dengan tidak sopan (menjadi pusat perhatian aorang lain). 6) Memulai makan dari tepi piring, sehingga makanan dalam piring tidak kocar-kacir. 7) Tidak berbicara ketika mulut masih penuh makanan. 8) Tidak minum ketika masih mulut ada makanan (kecuali karena suatu hal). 9) Mengunyah makanan dengan bibir tertutup sehingga tidak menimbulkan suara. 10) Jika makanan (buah dll) jatuh ditempat bersih maka dapat diambil kembali. 11) Tidak memasukkan makanan ke dalam mulut sebelum makana dalam mulut habis. 12) Tidak terdengar suara benturan sendok, garpu dan piring. 13) Tidak melakukan hal-hal yang tabu (seperti: berdahak, bersendawqa dan kentut) 14) Ketika membersihkan makanan di gigi supaya menutup mulut dengan tangan dan tidak membuangnya dihadapan orang lain. 15) Tidak mencela makanan (makanan ini tidak enak, asin, bau dll. 16) Mendoakan kepaada yang menjamu makanan, mengucapkan terima kasih. 17) Dalam hal makan prasmanan hendaknya setelah mengambil makanan sewajarnya, agar memberi kesempatan kepada yang lain untuk bias mengambil makanan dengan mudah. 18) Hendaknya makanan yang mendekat pada mulut (sendok mendekat pada mulut) bukan mulut yang menjemput/ mendekat pada makanan (mulut mendekat pada sendok). 19) Dalam hal jamuan makan bersama: a. Mendahulukan yang lebih tua. b. Bila akan mengambil makanan cukup dilihat tak perlu disentuh atau dicium. c. Mengambil makan yang terdekat. d. Tidak mengambil makanan yang dihidangkan dengan sendok yang sudah digunakan untuk makan. e. Tidak makan sambil bergurau. 2. Tata Krama Dalam Minum 1) Memegang gelas pada tangkainya (bila bertangkai) 2) Apabila disuguhkan cangkirdengan pisin (lepek0 , diusahakan meminu dengan sekaligus mengangkat pisinnya. 3) Tidak langsung minum dari bibir teko (nyucup) dan tidak langsung menuangkannya kedalam mulut. 4) Tidak bernnafas dalam gelas dan tidak meneguk menenggak minuman sekali habis. 5) Ketika minum air minum tidak digunakan berkumur terlebih dahulu. DAFTAR PUSTAKA Fadjar, Atnatik, dkk. 1981. Kuliah Agama Islam di Perguruan Tinggi. Surabaya : Al-Ikhlas. Effendi, Samsoeri. 1982. Etiket Sopan Santun Pergaulan Menurut Tata Krama Nasional. Surabaya : Karya anda. Saputra, Nata. 1983. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta : Multi Aksara. Koetjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru. Soekanto, Soerjono. 1985. Meninjau Hukum Adat Indonesia. Jakarta : CV Rajawali ______________________,Tuntunan Bertata Krama. Potren.
alee duangh
alee duangh Saya adalah pribadi yang ingin selalu belajar dan berbagi. Menebar manfaat dan kebaikan adalah tabungan yang akan abadi

Post a Comment for "Tata Krama Dalam Kehidupan Sehari-Hari"